TEHAER Alias THR; Asal Muasal dan Perkembangannya

Senin, 10 Mei 2021 10:21 Hari raya Idul Fitri tunjangan hari raya (THR) Catatan Bagus Santoso ( Wakil Bupati Bengkalis) Bagus Santoso Wakil Bupati Bengkalis
TEHAER Alias THR; Asal Muasal dan Perkembangannya
TEHAER Alias THR; Asal Muasal dan Perkembangannya

Ketiga, kelompok salah kaprah menterjemahkan makna THR, berkeliling tujuh keliling tapi tak dapat hasil.

Berubah Titik Pandang

Mengikuti perkembangan terkini, THR yang asal muasalnya digunakan untuk ASN kemudian hak bagi pekerja buruh. Sekarang, menjadi salah kaprah menyasar kepada semua orang dan tak segan masuk teras pekarangan.

Tidak hanya para pejabat, bos dan toke. Namun siapapun yang dianggap berpunya apalagi digaransi teras terparkir mobil, pasti ada saja yang datang berkunjung mengetok pintu minta THR.

Jangan heran, rata rata Kantor pemerintah atau swasta H- 7 jelang hari raya, yang aktif masuk kerja tinggal anak buah dan satpam penjaga. Tak kuasa menerima tamu bermacam ragamnya.

Dari perseorangan maupun rombongan, dari berbagai profesi maupun  yang mengaku ngaku  profesional.  Dari lembaga, tim sukses maupun yang setengah sukses.

Bagaimana THR begitu gegap tapi juga bikin megap megap?

THR menurut mbah Google adalah Budaya atau kebiasaan memberikan tunjangan hari raya tidak semata-mata ada.

Nyatanya, inisiasi THR ini sudah muncul sejak masa awal pasca kemerdekaan. Sejarah adanya tunjangan hari raya bagi pegawai ini dapat ditarik hingga masa pemerintahan presiden pertama Indonesia, yaitu Presiden Soekarno.

Menilik sejarah THR, sebenarnya buah gagasan dari Perdana Menteri sekaligus Menteri Dalam Negeri Indonesia ke-6, Soekiman Wirjosandjojo.

BACA JUGA:

Komoditas Sawit dan Infrastruktur Dorong Penjualan Mobil di Riau

Berita Terkait