Ketupat, 'artefak hidup' Nusantara

Rabu, 20 Mei 2020 10:28 ketupat lebaran Ketupat, 'artefak hidup' Nusantara filsafat ketupat R Hendro Rpu
Ketupat, 'artefak hidup' Nusantara
Ketupat, 'artefak hidup' Nusantara

Setelah itu, Kupat kemudian ditemukan muncul pada sejumlah naskah yang lebih muda dari masa kerajaan yang berbeda. Seperti dalam Kakawin Kresnayana pada masa Kerajaan Kadiri di abad 12, kemudian dalam kakawin Subadra Wiwaha dan Kidung Sri Tanjung pada masa Kerajaan Majapahit di abad 14 hingga 15 Masehi.

Kesinambungan dari Majapahit abad 15 Masehi sampai dengan Bali saat ini, merupakan alur yang jelas mengapa tradisi dan ritual di Bali masih sangat akrab dengan ketupat dan terutama dengan janur (daun muda kelapa).

Pada era Islam,  dikutip dari historia.id, H.J. de Graaf dalam Malay Annal, mengungkapkan bahwa ketupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan Demak yang dipimpin Raden Patah awal abad ke-15.

Mengacu dari 'strategi' dakwah Wali Sanga, terutama di Jawa, dapat dipahami bahwa ketupat merupakan salahsatu upaya inkulturasi disamping wayang, tembang, batik, dan berbagai produk budaya yang lain.

Eratnya hubungan antara ketupat dengan peristiwa religi di Bali, -yg mana Bali cukup bisa dikatakan pewaris era Hindu-, dengan lekatnya ketupat dan Lebaran Idul Fitri saat ini, bisa diduga bahwa selain sebagai santapan, sejak lama di Nusantara ketupat sudah bernilai spiritual.

Hal tersebut nampak juga di masyarakat pedaseaan di Jawa terutama, masih banyak yang menggantungkan ketupat di atas pintu-pintu rumah mereka.
Bisa jadi, ketupat sudah dibuat dan sudah mendapat nilai spiritual di masyarakat Nusantara, jauh sebelum era Hindu-Buddha.

Pada masa ini, nilai sakral spiritual ketupat mungkin sudah banyak luntur atau menguap dari pemahaman para generasi muda.

Akan tetapi, untuk kelestarian sebagai sebuah ikon dan makanan, tidak perlu dikhawatirkan.

Bahkan kapitalisme ikut-ikutan 'melestarikan' ketupat dengan berbagai pajangan dan dekorasi di mall-mall, kantor, dsb.

Sebagai makanan juga tak perlu dikhawatirkan, meskipun belum ada 'franchise' makanan berdasar ketupat, akan tetapi tekstur ketupat yg berbeda dng nasi ataupun lontong, tetap akan jadi sumber karbohidrat pilihan. 

BACA JUGA:

* Inilah Hasil Survei Mark Plus Terkait Pola Konsumsi Masyarakat Pasca Pandemi Covid-19. Simak Uraiannya

* Ingin Masuk Politeknik Negeri, Berikut Penjelasannya. Adik-adik yang Akan Kuliah Simak Ya....

Berita Terkait