Inilah Hasil Survei Mark Plus Terkait Pola Konsumsi Masyarakat Pasca Pandemi Covid-19. Simak Uraiannya

Rabu, 20 Mei 2020 04:43 survei Mark Plus pola konsumsi gaya hidup MarkPlus, Inc YUKBIZ.COM
Inilah Hasil Survei Mark Plus Terkait Pola Konsumsi Masyarakat Pasca Pandemi Covid-19. Simak Uraiannya
Inilah Hasil Survei Mark Plus Terkait Pola Konsumsi Masyarakat Pasca Pandemi Covid-19. Simak Uraiannya

Dikatakan Associate Client Success Team MarkPlus, Inc. Chrestella Carissa, sejak terjadinya pandemi corona dilaporkan 46.8 persen responden memilih untuk memasak sendiri makanan yang akan dikonsumsi.

YUKBIZ.COMJAKARTA – Bagaimanakah gaya hidup masyarakat Indonesia pasca wabah virus corona?

Lewat hasil surveinya, MarkPlus, Inc melaporkan bahwa pasca pandemi Covid-19 terjadi perubahan gaya hidup yang akhirnya mengubah pola konsumsi.

Dikatakan Associate Client Success Team MarkPlus, Inc. Chrestella Carissa, sejak terjadinya pandemi corona dilaporkan 46.8 persen responden memilih untuk memasak sendiri makanan yang akan dikonsumsi.

Namunb demikian, meski memasak sendiri, dilaporkan 27.9 persen responden masih mengkonsumsi makanan cepat saji seperti mie instan, frozen food, dan makanan kaleng.BACA JUGA:

Ingin Masuk Politeknik Negeri, Berikut Penjelasannya. Adik-adik yang Akan Kuliah Simak Ya....

Jelajah Kuliner Nusantara: Nagasari Di Jaman Dahulu Terkesan Sebagai Jajanan Priyayi. Rasanya mantap!

Sementara itu, peningkatan konsumsi multivitamin dan penggunaan handsanitizer juga meningkat bahkan hingga dua kali lipat.

“Masyarakat lebih banyak mengkonsumsi multivitamin, meningkat dari 35.1 persen menjadi 58.6 persen setelah Covid-19 mewabah di Indonesia. Namun, 47.7 persen responden mengaku sulit menemukan produk kesehatan saat ini,” papar Chrestella dalam keterangan tertulisnya, Selasa (19/5/2020).

 Disebutkan, terbatasnya pasokan barang tertentu juga telah membuat masyarakat mencari alternatif produk sejenis. Ini membuat loyalitas customer terhadap suatu brand menurun hingga 75.7 persen untuk produk makanan dan minuman, 79.3 persen untuk produk kesehatan, dan 93.7 persen pada produk higienitas.

Masyarakat tidak ragu untuk beralih kepada merek lain jika tidak menemukannya di pasar. Selain itu, faktor harga yang murah juga masih menjadi pertimbangan dalam membeli produk FMCG.

“Customer lebih peduli pada ketersediaan produk karena customer akan mencari alternatif produk lain apabila merek yang mereka inginkan tidak tersedia di pasaran, apalagi dengan adanya pembatasan aktivitas di luar rumah,” ujarnya.

Di samping itu, selain faktor ketersediaan, produk harus relevan dengan kondisi saat ini dimana ada perubahan kebiasaan customer sebelum dan setelah pandemi mewabah di Indonesia.

Berita Terkait