Bre-X telah mengankat kekayaan Walsh yang mencapai US$ 500 juta pada akhir 1996, jauh melesat dari tiga tahun sebelumnya yang hanya US$. 7.400.
Bahkan menurut Reuters kekayaan Walsh mencapai US$ 1,5 miliar.
Namun, nahas kejayaan Walsh hanya sementara setelah Freeport Mv Moran Copper & Gold Inc melakukan penelitian ulang (due diligence). Freeport melakukan penelitian ulang dalam rangka ikut bergabung dalam konsorsium Busang.
Hasilnya mengejutkan.
Apa yang digembor-gemborkan Bre-X ternyata hanyalah pepesan kosong.
Deposit emas Busang tak sebesar yang selalu dibanggakan Felderhof.
Akhirnya Bre-X pun mengakui bahwa klaim jumlah potensi emas terlalu berlebihan.
Padahal, proyek Busang kala itu sempat menarik perhatian para pengusaha besar 'angkatan' orde baru.
Ini tak lepas dari upaya Bre-X supaya bisa terus menjalankan operasinya kala itu.
"Bre-X mencoba untuk bermain dengan menggunakan aturan yang sama dan menjalin kerjasama dengan perusahaan Indonesia milik Sigit Hardjojudanto," tulis George Junus Aditjondro dalam Korupsi Kepresidenan (2006:45).
Sigit Harjojudanto yang merupakan putra Soeharto, pemilik PT Panutan Daya.
Bre-X mengimingi US $ 1 juta per bulan kepada Panutan Daya sebagai konsultan teknis dan administrasi serta nantinya saham di Busang jika penambangan berjalan.
Sekali lagi,Bre-X mengumumkan kandungan emas di Busang, pada tanggal 3 Desember 1996, bahwa kandungannya mencapai 57,33 juta ton.