Sementara itu untuk kontrak Oktober 2021, bursa ICE Newcastle mencatatkan koreksi sekitar 4 poin menjadi U$226 per metrik ton dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya US$230 per metrik ton.
Angka ini naik 7,60 poin dari penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Kenaikan paling tinggi terjadi untuk kontrak Desember dengan peningkatan 10,40 poin menjadi US$164 per metrik ton.
Kata-kata diperlunak untuk menyerukan "penurunan bertahap" dibanding "penghapusan bertahap" batubara setelah antara lain ada lobi dari India.
"Harga akan terus mengalami peningkatan hingga akhir tahun karena permintaan akan terus tinggi ke depan," katanya kepada Bisnis, Jumat (26/11/2021).
Dia menyebutkan bahwa proyeksi tersebut keluar setelah Kementerian ESDM meminta pendapat para stakeholders, termasuk para pelaku usaha di sektor pertambangan batu bara.
Sementara itu, komoditas tersebut juga mengalami penguatan tajam untuk kontrak Maret 2022. Bursa mencatat batu bara dihargai US$224,75 per metrik ton atau menguat 8,75 poin dari hari sebelumnya.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan hal itu bakal menggerus daya saing produk ekspor tekstil dalam negeri.
Angka ini menguat US$87 per metrik ton dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya yakni US$313 per metrik ton.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan batu bara Kementerian ESDM Lana Saria memastikan, berdasarkan ketentuan tersebut maka industri minyak sawit (crude palm oil/CPO) juga termasuk industri yang memperoleh manfaat harga batu bara khusus tersebut.