Sebelum kembali pulih, Wall Street terpapar sentimen negatif dari pasar obligasi pemerintah AS. Pada Senin awal pekan ini, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS menyentuh di atas 3%, tepatnya di level 3,0399%. Ini adalah yang tertinggi sejak 6 Mei atau sebulan terakhir.
Tingginya yield obligasi membuat perhatian investor tersedot ke pasar surat utang. Pasar saham jadi sepi peminat. Selain itu, kenaikan yield menjadi cerminan biaya dana akan semakin mahal. Pada saatnya, suku bunga perbankan akan ikut menyesuaikan.
Selain itu, pelaku pasar juga masih cenderung memasang mode wait and see. Akhir pekan ini, data inflasi AS periode Mei akan dirilis.
Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi Negeri Paman Sam bulan lalu akan sebesar 8,3% secara tahunan (yoy). Tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya, masih bertahan di level tinggi.
Dengan inflasi yang tinggi, maka makin kuat alasan bagi bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) untuk mengetatkan kebijakan moneter secara agresif.
Pasar memperkirakan Ketua The Fed, Jerome Powell dan anggotanya akan menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin (bp) pekan depan. Mengutip CME FedWatch, peluang ke arah sana mencapai 97,2%.
BACA JUGA: Yamaha Fazzio
BACA JUGA: Harta Karun 2 Miliar Ton Emas di NTB Wilayah Dompu
TONTON VIDEO MOTIVASI Marthin Luther King dan Ngunduh Wohing Pakarti