Tetap Semangat! Masih Ada Secercah Harapan Perekonomian Indonesia Bangkit Kembali di Tengah Wabah Corona

Kamis, 19 Maret 2020 08:28 virus Covid-19 persebaran virus corona Perlambatan ekonomi virus corona
Tetap Semangat! Masih Ada Secercah Harapan Perekonomian Indonesia Bangkit Kembali di Tengah Wabah Corona
Tetap Semangat! Masih Ada Secercah Harapan Perekonomian Indonesia Bangkit Kembali di Tengah Wabah Corona

Foto: ilustrasi/internet

 

YUKBIZ.COM, JAKARTA-Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut persoalan virus corona lebih kompleks daripada krisis keuangan 2008 silam. Bukan tanpa alasan,  tersebut mengancam langsung kesehatan dan keselamatan masyarakat.

Lihatlah ArcGis melansir sebanyak 96.892 orang terinfeksi virus corona di lebih dari 78 negara. Di antaranya 80.422 kasus ada di China. Sementara, kematian akibat penyakit covid-19 mencapai 3.305 orang hingga Kamis (5/3/2020) lalu.

Persoalannya, wabah virus corona tidak hanya mengancam nyawa masyarakat. Ekonomi pun terancam. Di China selaku episentrum virus corona, ekonomi Negeri Tirai Bambu terpukul paling keras. Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu mencatat Purchasing Managers Index (PMI) jatuh dari 51,8 pada Januari ke 26,5 pada Februari.

Indeks yang menggambarkan optimisme pelaku sektor bisnis itu merupakan terendah yang dialami China sejak 2005. Maklum, tidak kurang dari US$62 miliar diproyeksikan menguap dari China karena virus corona.

BACA JUGA: Harga Minyak Sawit Mentah (CPO) Menguat 2 Hari Berturut-turut

Seperti halnya virus corona, pesimisme terhadap laju ekonomi pun menular ke luar China. Tak heran, lembaga peminjam internasional sekaliber IMF dan World Bank/Bank Dunia mengiming-imingi belasan miliar dolar AS demi memukul mundur virus corona yang mengakibatkan ekonomi global tertekan.

Tak terkecuali Indonesia. Ketakutan masyarakat terhadap wabah virus corona berpotensi membuat sektor riil dalam negeri terdampak. Jika hal itu terjadi, kekhawatirannya aktivitas produksi rentan berhenti. Persis seperti yang melanda manufaktur China.

"Kemungkinan, ada pengangguran karena perusahaan-perusahaan tidak mendapatkan aktivitas produksi yang cukup," kata Sri Mulyani, Kamis (5/3/2020) lalu, seperti dikutip dari cnnindonesia.com.

Setali tiga uang, Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal menilai krisis keuangan 2008 berbeda ancaman ekonomi pada saat wabah virus corona merebak. Perbedaan terletak pada penawar fiskal dan moneter tradisional yang tidak akan berdampak signifikan untuk mendorong laju ekonomi saat ini.

BACA JUGA: Menteri Koperasi dan UKM Buka Hotline Untuk UKM Terkait Virus Corona. OJK: Buka Kemudahan Bayar Utang

Ketika krisis keuangan 2008, ia menyebut penyebabnya subprime mortgage. Sehingga, pemerintah mengeluarkan kebijakan dan intervensi yang tepat. Kali ini, yang membuat menakutkan adalah ketidaktahuan sumber masalah.

Berita Terkait