ILUSTRASI kelapa sawit
YUKBIZ.COM - Saat ini, peningkatan nilai ekspor produk minyak sawit sepanjang Agustus 2021 mencapai 4,42 miliar dolar AS.
Kondisi itu melonjak 1,6 miliar dolar dibandingkan ekspor bulan Juli, khususnya di beberapa negara tujuan utama ekspor menunjukkan kebutuhan produk minyak sawit global terus meningkat.
“Saya optimis nilai ekspor produk minyak sawit terus meningkat. Ini karena produk minyak sawit sangat dibutuhkan,” ungkap Direktur Utama PT Mahkota Group Tbk, Usli Sarsi saat dikonfirmasi melalui telepon saluler, Senin (11/10).
Produk minyak sawit, sebut Usli dibutuhkan di tiga sektor yakni sektor energi, pangan dan consumer goods. Ketiga sektor ini, sambungnya, sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Untuk memudahkan melakukan aktifitas, manusia membutuhkan alat seperti kendaraan, mesin untuk penerangan dan alat produksi, peralatan ekektronik dan sebagainya. Agar alat tersebut dapat berfungsi perlu ada energi. Dari hasil kajian yang dilakukan produk minyak sawit dapat diolah menjadi sumber energi.
Agar dapat bertahan hidup, kata Usli, manusia butuh pangan. Produk minyak sawit dapat diolah menjadi pangan salah satu minyak goreng. Dari hasil kajian, ternyata produk kelapa sawit menghasilkan minyak goreng yang paling murah.
Begitu pula barang-barang yang banyak dibutuhkan manusia (consumer goods) dalam pengolahannya butuh produk minyak sawit seperti sabun, kosmetik dan lainnya. Dari hasil kajian yang dilakukan, setidaknya ada 200 produk yang bisa dibuat bahan produk kelapa sawit.
Nilai Tawar
Besarnya kebutuhan produk minyak sawit, membuat produk sawit Indonesia memiliki nilai tawar yang tinggi dalam perdagangan global.
“Bayangkan saja kalau Indonesia tidak mengekspor produk minyak sawit seperti CPO. Berapa banyak pabrik di luar negeri yang terganggu,” sebut Usli.
Agar produk minyak sawit dapat memenuhi kebutuhan industri, negara penerima melakukan kebijakan dengan menurunkan pajak impor. India salah satu penerima bahan mentah minyak sawit berupa CPO pada 30 Juni sampai 30 September 2021 mendiskon pajak impor semula 15% menjadi 10%. Tujuannya agar industri yang membutuhkan CPO di India dapat berproduksi.
“Saya yakin akan banyak negara yang menurunkan pajak impor CPO,” sebutnya.