“Mager”  Atau “Takis” Pilihan Menu UMKM Pada Era Digital. Kolom Khusus Dr Irvandi Gustari

Kamis, 03 Oktober 2019 06:37 strategi “Takis” yang diartikan oleh kaum milenial adalah “Sikat” Mager alias malas gerak Akademisi & Praktisi Perbankan Kolom Khusus DR. Irvandi Gustari
“Mager”  Atau “Takis” Pilihan Menu UMKM Pada Era Digital. Kolom Khusus Dr Irvandi Gustari
“Mager”  Atau “Takis” Pilihan Menu UMKM Pada Era Digital. Kolom Khusus Dr Irvandi Gustari

Namun relevankah saat ini bila para pelaku UMKM masih menjadikan alasan kedua hal tersebut? 

Pada era disrupsi ini, secara singkat bisa kita jawab, bahwa  tidak ada alasan lagi bagi para UMKM untuk maju berkembang, sebab apapun kendala dan halangan yang mereka anggap sebagai penghambat mereka, sudah  ada solusinya didepan mata. 

Sekarang pertanyaannya dikembalikan kepada para pelaku UMKM itu sendiri, yaitu Mau dan Niat , atau sebaliknya. Mengapa begitu?

Dalam era disrupsi, saingan utama dari pelaku UMKM itu bukanlah lagi para pebisnis UMKM lainnya  yang berbisnis dengan jenis usaha yang sama. Namun saingan utama dari pelaku UMKM itu adalah dirinya sendiri. Lho kok bisa?

Jaman disrupsi yang serba aplikasi semuanya kehidupan bisnis ini menjadi maya alias tidak terlihat. Lalu apa maksudnya itu?

Kita tinjau tentang kebutuhan modal yang selama ini dijadikan alasan oleh para pelaku UMKM untuk selalu “Mager” (malas gerak), dan ternyata sudah ada aplikasi “Kickstarter” yang dapat menghubungkan para innovator dengan para investor yang menghendaki produk inovatif.

Kickstarter ini beda dengan sifat perbankan yang selalu kuatir membiayai program atau proyek untuk produk -produk inovatif,sebab menurut perbankan terlalu beresiko. 

Kickstarter ini bukan hanya mensinergikan  terkait bantuan dana untuk para UMKM yang innovator namun juga mengonsolidasikan permintaan atas produk-produk yang inovatif. Yah tapi syaratnya UMKM nya harus inovatif nih ya,

Sebab kita harus bisa membedakan antara pedagang dengan pelaku UMKM. Kalau pedagang itu melakukan usahanya dengan pola mengambil keuntungan dari margin hasil jualan dagangannya. Contoh pedagang kain di tanah abang. Mereka itu kita sebut price taker atau harga yang mereka tetapkan itu hanyalah berdasarkan harga pokok atau harga modal mereka ditambah dengan keuntungan yang wajar. 

BACA JUGA:

Pemerintah Tengah Mempersiapkan Peta Sawit Indonesia

100 Pelaku Koperasi UKM Ikuti Kegiatan Bimbingan Teknis Pemasaran Produk Berbasis IT

Hal itu oleh pembeli bisa ditakar, berapa harga yang wajar sebenarnya.

Berita Terkait