Jelajah Kuliner Nusantara: Kembang Goyang-Semprong-Rengginang; Trilogi Saksi Jaman Yang Bergegas

Jum'at, 22 Mei 2020 06:29 Lebaran Kembang Goyang-Semprong-Rengginang R Hendro Rpu jelajah kuliner nusantara
Jelajah Kuliner Nusantara: Kembang Goyang-Semprong-Rengginang; Trilogi Saksi Jaman Yang Bergegas
Jelajah Kuliner Nusantara: Kembang Goyang-Semprong-Rengginang; Trilogi Saksi Jaman Yang Bergegas

Saya masih ingat, saat saya kecil, yang mana saat-saat menjelang lebaran, mengunjungi rumah nenek adalah satu kasyikan tersendiri. Karena dapat mengikuti berbagai kesibukan persiapan lebaran terutama 'ritual' membuat kue-kue itu.

Karenanya, kalau kita berkunjung ke banyak rumah di masa lebaran pada waktu itu, maka itu juga akan menjadi semacam 'wisata kuliner'; bagaimana rasa kue ini di rumah satu dan rumah yg lain.

Ketiga makanan itu umumnya akan tersedia di lodong-lodong kaca bening. Disukai tamu berbagai umur saat saling berbincang bertukar kabar. Untuk anak-anak terutama menyukai kue semprong, karena rasanya yang paling manis diantara ketiganya, dan bentuknya yang unik (silender), jadi anak-anak selain memakannya, juga 'memainkan'nya.

Dengan bahan dasar beras dan santan, tentu makanan ini sudah tua dan menjadi bagian tak terpisahkan masyarakat kita waktu itu.

Yang mana, di masa kolonial, kue berbasis terigu, mentega dan keju tentu juga sudah ada, tetapi adalah bagian hidup orang Belanda atau kaum ningrat dan bangsawan.

Perlahan, tahun berganti tahun, trilogi makanan itupun kian 'menghilang' dari meja suguhan masyarakat Indonesia.

Tergantikan oleh kue kaleng kemasan, dan kue-kue kering ala barat semacam kastengel, nastar, dsb.

Lagi-lagi kapitalisme punya andil besar disini. Orang-orang bisa mendapatkan terigu, mentega, keju dengan murah. Kue-kue itupun bisa disediakan dengan massal dan murah. Dan selerapun perlahan 'berubah' ...

Anak-anak jaman sekarang, mungkin tidak akan menyentuh, bahkan tertarik pun tidak, pada si kembang goyang-semprong-rengginang.

Tapi apakah itu akan berlangsung selamanya .. ?

Saya percaya tidak. Ini bukan hanya soal kenangan, nostalgia, atau bahkan sok tradisional.

Tetapi sang Kembang Goyang-Semprong-Rengginang yang perlahan kembali muncul di meja-meja hidangan orang

Indonesia adalah karena ada semacam 'spiritualitas' pada ketiganya yang sayang jika tidak dihidupi dan diwariskan pada kehidupan selanjutnya.

Selamat mempersiapkan Lebaran
di tengah pandemi.
Hidangan boleh tetap tersedia buat keluarga inti, tapi mari batasi dulu kunjungan pada handai taulan.

Jelajah Kuliner Nusantara: Kembang Goyang-Semprong-Rengginang; Trilogi Saksi Jaman Yang Bergegas

Berita Terkait