Jelajah Kuliner Indonesia: BEBEK BUMBU RW, Yang 'Hot&Nyus' Dari Minahasa

Selasa, 16 Juni 2020 04:11 Itiak Lado Mudo Bebek Betutu Bali Bebek Bumbu RW Jelajah kuliner Indonesia R Hendro Rpu
Jelajah Kuliner Indonesia: BEBEK BUMBU RW, Yang 'Hot&Nyus' Dari Minahasa
Jelajah Kuliner Indonesia: BEBEK BUMBU RW, Yang 'Hot&Nyus' Dari Minahasa

foto: dok pribadi/Rhendrorpu

Rasa dagingnya yang gurih dan pemeliharaan yang mudah, membuat bebek menjadi pilihan menu daging di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia tentunya.
Tulisan dan Ulasan: R Hendro Rpu

YUKBIZ.COM - Kuliner tradisional olahan bebek di Indonesia bisa kita sebut antara lain Bebek Madura, Bebek Betutu Bali, Itiak Lado Mudo khas Bukittinggi, Bebek Krengsengan khas Trenggalek, Bebek Penyet, Gule Bebek, juga tak ketinggalan dari tanah Minahasa ada Bebek Bumbu RW.

Masing-masing olahan itu tentu punya kekhasan masing-masing.
Baik racikan bumbu, cara pengolahan dan tentu saja citarasa yang dihasilkan.

Sebut saja misalnya Bebek Madura, kekhasannya terletak bahwa daging bebek 'diungkep' dan dimasak lama dengan api sedang hingga bumbu menghitam.

Proses inilah yang melahirkan cita rasa khas.

Demikian pula Itiak Lado Mudo, Bebek Betutu, dan yang lain dengan segenap keunikan masing-masing.

BACA JUGA:

* Info Terkini Covid-19: AS Ranking Pertama Jumlah Penderita. Di Indonesia Masih Banyak Penambahan, Ini 10 Besar Kota Terjangkiti

* Gali Potensi Mahasiswa di Era Covid-19, FIKOM UIR Gelar Webinar Nasional

Lalu, apa yang membuat Bebek Bumbu RW unik dan berbeda dari yang lain .. ?

Beberapa olahan bebek di atas, misalnya Bebek Madura, Bebek Betutu, Itiak Lado Mudo, Bebek Krengsengan, secara umum ada bumbu yang mirip, meskipun ada perbedaan juga tentunya.

Bumbu yang mirip itu adalah penggunaan bawang putih, bawang merah, kemiri, ketumbar, lengkuas.

Yang mana justru kesemua itu tidak digunakan pada Bebek Bumbu RW.

Satu kekhasan masakan Minahasa adalah penggunaan bumbu rempah yang relatif minim dibandingkan masakan daerah lain.

Citarasa pada masakan Minahasa tidak dibangkitkan dengan menggunakan kombinasi rempah yang kompleks melainkan dengan menggunakan berbagai kombinasi daun-daun yang dirajang tipis.

Citarasa yang terbangkit dari berbagai kombinasi daun-daun inilah yang menjadi kekhasan kuliner Minahasa yang tidak kita temukan pada kuliner daerah lain.

Demikian halnya dengan Bebek Bumbu RW ini. Sensasinya dibangkitkan dari kombinasi rajangan daun jeruk, daun kukuru (kemangi), daun bawang, sere, dan cabe rawit tentu saja.

Keunikan lain dari Bebek Bumbu RW adalah daging yang yang dipotong kecil-kecil.

Hal tersebut selain membuat bumbu merasuk sempurna, juga melahirkan sensasi tersendiri dalam menyantapnya.

Ketika kita menikmati Bebek Bumbu RW, maka itu bukan soal menggigit bongkah daging, melainkan memburu daging yang menempel pada tulang-tulang sambil lidah terus mencecap bumbu yang nyus nendang menggigit.

Perihal nama Bebek Bumbu RW, ada kisah tersendiri.

RW disini adalah singkatan dari 'rintek wuuk' dari bahasa Belanda yang arti harafiahnya 'bulu halus'.

BACA JUGA:

* Wahai Pengguna Internet, Hati-hati Klik Link Ini, Nomor WhatsApp Bisa Muncul di Google

* Telkomsel Kolaborasi Bersama Huawei Gelar Rangkaian The NextDev Hub X Huawei Webinar Series Mulai 9 Juni - 27 Agustus 2020


RW adalah penyebutan masyarakat Minahasa untuk (daging) anjing.
Yang mana kita tahu daging anjing juga di konsumsi di masyarakat Minahasa.

Nah, kemudian bumbu yang digunakan untuk memasak daging anjing ini, kemudian dikembangkan juga digunakan untuk memasak jenis daging lain.

Maka, selain Bebek Bumbu RW, juga ada Ayam Bumbu RW, Cumi Bumbu RW, dan seterusnya.

Bagi Anda yang mempunyai larangan tertentu untuk makanan, tidak perlu khawatir karena meskipun namanya begitu, tetapi Bebek Bumbu RW tetap menggunakan bahan dan bumbu yang sepenuhnya halal.

Anda mungkin akan menemui perbedaan Bumbu RW jika Anda membaca berbagai resep atau bertanya pada orang-orang di daerah Minahasa.

Hal itu adalah hal yang wajar untuk masakan tradisional di manapun juga, tidak ada bumbu yang benar-benar baku.

Berbagai teritori di Minahasa sendiri juga ada perbedaan-perbedaan perihal variasi bumbu yang dipakai. Meskipun perbedaan itu tidak ekstrem tentunya.

Seperti misalnya masyarakat pesisir di Sulawesi Utara, untuk bumbu RW senang menambahkan parutan buah pala dan kurang menyukai daun kekuru (kemangi).

Sebaliknya, masyarakat Minahasa di pegunungan menyukai daun kekuru namun kurang menyukai pala untuk bumbu.

Jika Anda belum berkesempatan mencicipi langsung kuliner yang asyik ini di tempat asalnya langsung, semoga resep dari publikreport.com dibawah ini dapat mengobati rasa penasaran Anda.


Bahan:
Bebek muda
Daun bawang-batang dan daunnya diiris
Daun jeruk (iris tipis)
Daun kemangi atau kukuru, gunakan seikat atau 6-8 ujung untuk seekor bebek muda.
Sere 4 ujung, lebih gurih lagi bila menggunakan sere hutan.
Air
Merica, pala (kalau suka)
Garam

Berikit di bawah bumbu yg dihaluskan (tapi sebaiknya jangan diblender)
lebih baik lagi kalau ditumbuk :
Cabe, satu genggam dicampur antara hijau dan merah dengan perbandingan 75:25 untuk cabe hijau dan merah.
Jahe seujung jempol

Cara membuat:
Tumis daun sere sampai harum
Masukan bumbu yang di haluskan, aduk-aduk sampai bumbu tercampur rata
Masukan bebek yang telah dicincang kecil se-ibujari, terus aduk-aduk
Tambahkan air (jangan terlalu banyak, tidak melewati tumpukan daging), diamkan semenit
Masukan pala bubuk (jika suka) dan merica, aduk-aduk terus tutup tunggu sampai empuk

Masukan daun bawang, kemangi, dan daun jeruk
Beri garam dan aduk-aduk terus koreksi rasanya
Masak sampai air tinggal sedikit, angkat hidangkan.


Salam KelanaRasa *

Jelajah Kuliner Indonesia: BEBEK BUMBU RW, Yang 'Hot&Nyus' Dari Minahasa

Berita Terkait