Eps 3, Mengapa Orang Indonesia Jadi Doyan Gandum, karena Presiden Amerika?

Rabu, 16 Maret 2022 06:05 Sudono Salim Liem Sioe Liong mi instan terlaris mi instan paling enak mi instan raja mi instan
Eps 3, Mengapa Orang Indonesia Jadi Doyan Gandum, karena Presiden Amerika?
Eps 3, Mengapa Orang Indonesia Jadi Doyan Gandum, karena Presiden Amerika?

ILUSTRASI mi instan

YUKBIZ.COM - Warga + 62 ternyata masuk paling 'rakus' dalam konsumsi mi instan di dunia, menempati posisi teratas kedua setelah China. Keberadaan mi instan di Indonesia tak terpisahkan masifnya penggunaan tepung terigu berbahan baku gandum yang impornya jutaan ton per tahun.

Sebelum Soeharto menjadi presiden, tepung adalah sesuatu yang harus diimpor. 

Pendiri mi instan Supermi, yang eksis sejak 1968, harus mengimpor tepung terigu, yang merupakan bahan baku mi instan produksi mereka.

Ketika Soeharto baru naik akhir 1960-an, Soeharto sangat mengharapkan beras impor sebanyak-banyaknya untuk menjaga perut rakyat Indonesia. Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group: Pilar Bisnis Soeharto (2016:168) menyebut Soeharto meminta lebih banyak beras dari yang diberi Amerika Serikat.

Adam Malik mewakili Indonesia berusaha meyakinkan Amerika untuk mendapatkan bantuan pangan, berupa beras. 

Bagi Amerika, memenuhi beras untuk Indonesia bukan masalah mudah, tapi tidak begitu sulit untuk gandum.

Pejabat Amerika berharap rakyat Indonesia mau mengkonsumsi gandum seperti India, karena Amerika tak punya beras dalam jumlah besar dan gandum bisa dengan segera dikirimkan oleh Amerika.

"Presiden Johnson yakin bangsa Indonesia akan menyukai gandum ketika mereka sudah terbiasa," lapor Penasehat Keamanan Nasional Amerika Walter Rostow, seperti dicatat Borsuk & Chng.

Pemerintah Indonesia akhirnya setuju dengan gandum. 

Pada 1967, sebagian orang kaya Indonesia sudah biasa makan roti, suatu makanan yang di masa lalu dianggap mewah.

Indonesia tak hanya bukan produsen gandum, tapi juga belum punya pabrik penggilingan. 

Terkait ide penggilingan itu, Borsuk & Chng (2016:173-174) menyebut beberapa cerita sejarah pabrik tepung di Indonesia.

Berita Terkait