AS Blokir Sawit Perusahaan Malaysia, DMSI: Peringatan dan Peluang Buat Indonesia

Senin, 05 Oktober 2020 02:21 sawit Indonesia Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) AS Blokir Sawit Malaysia Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI)
AS Blokir Sawit Perusahaan Malaysia, DMSI: Peringatan dan Peluang Buat Indonesia
AS Blokir Sawit Perusahaan Malaysia, DMSI: Peringatan dan Peluang Buat Indonesia

Ilustrasi foto: agrofarm.co.id

YUKBIZ.COM,  JAKARTA Amerika Serikat dikabarkan telah memblokir produksi sawit dari salah satu perusahaan di Malaysia.

Tindakan tersebut diambil AS set lah melakukan investigasi dan menyatakan perusahaan tersebut melakukan kerja paksa kepada karyawan.

Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) menanggapi tindakan Amerika Serikat tersebut menilai hal itu harus menjadi perhatian bagi perusahaan Indonesia.

"Jadi ini merupakan satu peringatan juga buat kita, buat perusahaan untuk memerhatikan keadaan lingkungan sendiri agar tidak terjadi hal yang disebutkan itu," ujar Ketua DMSI Derom Bangun saat dihubungi Kontan.co.id akhir pekan lalu.

BACA JUGA:

Pinjaman Online Syariah Bebas Riba, Apa Saja Ya Syaratnya?  

Sudah Sembuh dari Covid-19, Apakah Masih Bisa Tularkan Virus Corona?

Derom bilang AS selaku pembeli memiliki persyaratan bagi perusahaan yang masuk ke negaranya. Salah satunya adalah berkaitan dengan lingkungan dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Permintaan tersebut harus menjadi perhatian mengingat memiliki dampak yang luas. Meski pun saat ini Indonesia telah melakukan upaya memberikan keyakinan terkait kualitas lingkungan dan tenaga kerja sawit di Indonesia.

Saat ini Indonesia telah mendorong kualitas dari Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) untuk memberikan jaminan tersebut. Termasuk juga menghadapi tuduhan negatif terhadap industri sawit.

"Kita mengarah kepada Sustainable Development Goals (SDGs), itu merupakan acuan. Walau pun belum satu per satu tertuang dalam ISPO," terang Derom.

Selain menjadi peringatan, Derom bilang masalah pemblokiran akan membuka pasar bagi industri sawit secara terbuka. Hal itu mengingat importir perusahaan yang diblokir tetap membutuhkan bahan baku.

Berita Terkait