Kisah Inspiratif UMKM Limbah Kain Perca, Katarina dan Penghasilan Rp 400 Juta Per Bulan

Selasa, 02 Agustus 2022 04:44 UMKM limbah kain perca limbah kain perca UMKM di Riau UMKM kisah inspiratif
Kisah Inspiratif UMKM Limbah Kain Perca, Katarina dan Penghasilan Rp 400 Juta Per Bulan
Kisah Inspiratif UMKM Limbah Kain Perca, Katarina dan Penghasilan Rp 400 Juta Per Bulan

FOTO Pengusaha produk aksesoris Griya Srikandi, Katarina Duhendar Triningrum (48) menunjukkan tas bermotif dari kain perca di rumahnya di Jalan Argopuro, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (8/7/2022).(Surya.co.id/Danendra Kusumawardana)

YUKBIZ.COM - Omzet ratusan juta rupiah dari  limbah kain perca, Anda tidak percaya tentu.

Di tangan Katarina Duhendar Triningrum (48), limbah kain perca bisa laris manis bahkan hingga keluar negeri. Jalan Argopuro, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur.

Katarina memulai bisnis aksesoris dari bahan limbah kain perca pada tahun 2014 lewat UMKM limbah kain perca. 

Ia memproduksi aneka tas trendi di bawah kelompok UMKM Griya Srikandi. 

Awal bisnisnya malah berasal dari bank sampah.

"Mulanya, saya bergerak di bank sampah pada 2013. Karena nilai jual sampah plastik cenderung turun, saya putar otak lantas beralih ke kerajinan tas kain perca satu tahun berikutnya. Bank sampah adalah Cikal bakal UMKM Griya Srikandi," kata Katarina seperti dikutip dari Surya.co.id.

Modal awal Katarina saat membangun Griya Srikandi hanya Rp2 juta. Modal tersebut berasal dari tabungan hasil dari bank sampah.

Bahan kain perca Katarina beli dari sebuah perusahaan garmen di Kota Probolinggo. Dengan uang sebanyak itu, Katarina mendapat 62 kg kain perca. Sekilonya berisi lima lembar kain jeans beragam ukuran.

Katarina kemudian mendedikasikan pojok rumahnya sebagai tempat produksi kerajinan kain perca. Tempat produksinya seluas 8x11 meter. Di sanalah, produk tas dengan merek D Recy lahir.

"Cara membuat tas kain perca saya peroleh dari tayangan YouTube. Dalam proses pembuatannya tak ada kendala berarti. Saya punya keahlian menjahit," ujar Katarina.

Dari sana, tas D Recy mulai dipasarkan. Namun, tak banyak konsumen yang tertarik dengan produk D Recy. Katarina menduga tas buatannya berdesain monoton.

Inovasi pun ia lakukan. Setahun setelah bisnisnya berjalan, sejumlah ornamen bordiran membentuk bunga dan kain bekas potongan batik ditambahkan. Hasilnya, tas D Recy tampak elok dan kekinian.

Berita Terkait