Tesla Bangun Pabrik Powerbank, Ekosistem Mobil Listrik di Indonesia Bakal Terbentuk  

Senin, 08 Februari 2021 04:38 mobil listrik Tesla mobil listrik Tesla Tesla Bangun Pabrik Powerbank mobil listrik di Indonesia
Tesla Bangun Pabrik Powerbank, Ekosistem Mobil Listrik di Indonesia Bakal Terbentuk  
Tesla Bangun Pabrik Powerbank, Ekosistem Mobil Listrik di Indonesia Bakal Terbentuk  

Tak hanya untuk membentuk ekosistem kendaraan listrik alias electric vehicle (EV), tapi juga mendorong percepatan energi terbarukan (ET).

Untuk ET, baterai atau ESS bisa mengatasi masalah intermittent atau energi listrik yang dihasilkan dengan jumlah fluktuatif, seperti pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Batu/Angin (PLTB).

Fabby menjelaskan, Tesla sendiri memang sudah memproduksi baterai untuk ESS dengan berbagai skala. Skala kecil (rumahan) bernama Powerwall, sedangkan untuk utility scale storage dinamakan Powerpack.

"Untuk Powerwall bisa dikombinasi dengan PLTS Atap sehingga setiap rumah bisa menjadi prosumer bahkan bisa mandiri energi. Tesla juga sudah produksi solar roof. Saya kira potensi pasarnya cukup besar di Indonesia," terang Fabby kepada Kontan.co.id, Sabtu (6/2).

BACA JUGA:

Pasar Seni Sukawati Bali Selesai Direvitalisasi, Seperti Apa Wajah Barunya?

Dukung UMKM di Dumai, PGN Berikan Harga Gas Terjangkau

Dari survei IESR, paling tidak ada 2% rumah tangga di Jawa yang mau memasang PLTS Atap. Potensinya sekitar 1,5 juta hingga 2 juta rumah tangga, yang juga berpotensi memasang ESS dengan peluang listrik semi-independen.

"Di masa depan bangunan yang memiliki  PLTS Atap dan ESS bisa membentuk pembangkit listrik virtual yang bisa memasok kebutuhan listrik ke grid jadi utility tidak perlu membangun pemabangkit listrik baru," jelasnya.

Lalu, untuk utility scale ESS, bisa digunakan dalam aplikasi listrik off-grid maupun PLTS skala komersial. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai stabilisasi tegangan di sistem kelistrikan, emergency back up serta demand response.

Tesla, kata Fabby, tidak saja memproduksi mobil listrik. Melainkan juga membentuk ekosistem untuk mendukung kendaraan listrik melalui integrasi teknologi ET, ESS dan mobil listrik. "Saya kira battery manufacturing itu adalah awal dan bisa jadi berlanjut ke perakitan mobil listrik," ungkapnya.

Mengenai investasi ESS, Fabby memperkirakan, masih tergolong mahal untuk pasar Indonesia. Harga listrik rata-rata Indonesia pun masih berada di kisaran US$ 0,09 - US$ 0,1 per kWh. "Kalau mengacu pada harga Powerwall di pasar AS dan Australia, investasi ESS saat ini tampaknya masih mahal," ujar Fabby.

Meski begitu, di beberapa negara dengan struktur tarif disubsidi, PLTS Atap ditambah ESS akan kompetitif. Sehingga untuk off grid application, kombinasi PLTS atau PLTB dengan ESS bakal lebih murah dibandingkan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).

Berita Terkait