"Kita berharap melalui pencanangan ini maka pertumbuhan ekonomi kreatif khususnya di sektor fashion dan juga pariwisata di Sumbar akan semakin tinggi yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ucapnya.
Pencanangan Transformasi Tenun Minang di Sumatera Barat juga diharapkan menjadi salah satu stimulus pemulihan ekonomi pada masa pandemi. Kebijakan itu nilainya sebagai inovasi yang baik, sehingga diharapkan memacu geliat industri rakyat.
BACA JUGA:
* Inilah 10 Lembaga yang DIbubarkan, Negara Hemat Rp 277 Miliar
* Inilah Tips Investasi Saham di Awal Tahun 2021. Simak Yuuk
Jika ingin pemakaian kain khas daerah itu masif, kata dia, maka diperlukan produksi yang lebih banyak, dalam waktu lebih cepat, dan harga yang relatif lebih terjangkau.
Selanjutnya, kebanggaan akan Tenun Minang dapat mendorong wisatawan baik domestic maupun asing untuk menjadikan Tenun Minang sebagai oleh-oleh yang wajib dibeli.
Mengingat 60 persen turis yang datang ke Sumbar berasal dari Malaysia, hal tersebut secara tidak langsung akan menjadikan Tenun Minang sebagai salah satu komoditas ekspor yang dapat mendukung perbaikan current account deficit Sumbar.
"Mulai saat ini, kita tidak lagi menyebut tenun unggan, songket pandai sikek, songket halaban. Kita bisa sebut semua itu dengan tenung Minang, agar mudah bagi orang luar Sumbar atau wisatawan untuk mengasosiasikan kekayaan tenun dan songket di Minangkabau dengan satu kata Tenun Minang," imbau Gubernur Sumbar.
Khususnya jika masyarakat secara bersama-sama menggunakan Tenun Minang, produk kebanggaan Sumatera Barat sekaligus sebagai upaya pelestarian warisan budaya Minangkabau. (k56). (*)