Nasib Franchise di Era Connected Society

Selasa, 10 Desember 2019 05:05 Kolon Khusus DR. Irvandi Gustari MBA Direktur Kueuangan Pelindo III Irvandi Gustari - Irvandi Gustari Direktur Keuangan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)
Nasib Franchise di Era Connected Society
Nasib Franchise di Era Connected Society

Kolom Khusus: DR. Irvandi Gustari MBA

( Akademis dan Praktisi Bisnis)

Pada era tahun 2000 an, kita menyaksikan betapa banyaknya bertumbuh dengan cepat gerai-gerai yang menggunakan system franchise, dan bahkan di benak kita, cara singkat untuk sukses berbisnis tanpa harus memulainya dari nol adalah membeli franchise tersebut.

Tidak jarang saat itu kita lihat gerai McDonald dibuka baru dalam jumlah ratusan setiap bulan outletnya diseluruh penjuru Indonesia.

Bahkan kita juga melihat berpacu saling adu cepat dibukanya outlet Indomaret maupun Alfamart di setiap jalan yang ada didaerah perkotaan. Begitu pula dengan gerai-gerai lainnya seperti Starbuck, Burger King, KFC, Coffee Bean, dan sebagainya, pada era tahun 2000 an tersebut.

Lalu memasuki zaman nya era connected society ataupun era sharing economy ini, kitapun terkaget-kaget, ternyata ada yang lebih cepat lagi bertumbuhnya yaitu Platform. Mengapa bisa lebih cepat? Karena dengan Platform, tidak perlu tunggu membangun secara fisik lebih dahulu, dan cukup sediakan platform dengan bentuk aplikasi yang memberikan ketersediaan “space” dan sekaligus melakukan “connected” dari para pengguna aplikasi.

Untuk lebih mudah memahaminya, kita ingat saja contoh Platform yaitu Gojek yang menyediakan “space” antara demand dan supply, dan Gojek lah yang mempertemukan para pihak tersebut dalam bentuk aplikasi. Tidak terbayang sebelumnya, para pelaku UMKM seperti si Mbok jualan Pecal di gang sempit, bisa ber omset jutaan rupiah perhari, karena sebagai anggota platform dan akhirnya bisa dipertemukan dengan para pembelinya yang mengutamakan rasa dan bukan tampilan kedainya.

BACA JUGA:

Cemilan Pastel Mini Maknyos Pekanbaru Bidik Pasar Ekspor Malaysia dan Singapura

Alfa Frisa Septania (Alfa Nonie) Pimpin DPD PPJI Riau

Ada contoh nyata tentang Platform seperti Airbnb yang sangat efisien. Airbns dengan kapitalisasi pasar sebesar USD 39 Milliar (data: Macrotreends.net, 2019) memperkerjakan untuk mengelola jaringan Airbnb diseluruh dunia sebanyak 10.000 orang (data: Technorunch.com , 2017).

Lalu bandingkan Hotel Marriot yang terkenal sebagai hotel berkelas premium diseluruh dunia dengan kapitalisasi pasar yang hampir sama dengan Airbnb, ternyata membutuhkan tenaga kerja sebanyak 177.000 orang. Hotel Marriot dikenal juga di dikelola dengan pola Franchise. Hal itu menggambarkan bahwa sistem platform telah melahirkan cara berbisnis secara cepat dan efisien.

Lalu bagaimana dengan nasib Franchise selanjutnya di era Platform ini? Apakah untuk cara instan berbisnis tetap menggunakan cara franchise atau tinggalkan cara franchise dan para pelaku bisnis segera beralih dengan pola start up company kah?

Berita Terkait