Mengapa Anak Harus Didampingi saat Mengakses Media Digital, Ini Sebabnya

Sabtu, 11 Desember 2021 05:00 merawat anak aplikasi digital smartphone
Mengapa Anak Harus Didampingi saat Mengakses Media Digital, Ini Sebabnya
Mengapa Anak Harus Didampingi saat Mengakses Media Digital, Ini Sebabnya

"Bahwa menggunakan media digital mestinya diarahkan pada suatu niat, sikap, dan perilaku yang etis demi kebaikan bersama dan demi meningkatkan kualitas kemanusiaan," tuturnya.

Memanfaatkan teknologi karena teknologi untuk memudahkan, bukan menyulitkan. Teknologi mempertemukan, bukan memisahkan, teknologi untuk mendidik, bukan mencekik, teknologi untuk kebenaran, bukan keonaran. Teknologi untuk kebaikan, bukan kerusuhan.

Apapun aktivitas di dunia digital menjadi personal branding kita, sebab di zaman sekarang mungkin HRD akan mencari tahu informasi tentang kita melalui sosial media maka dari itu kita harus memahami etika berdigital.

Jejak digital adalah rekam atau bukti yang ditinggalkan setelah beraktivitas di internet yang berpotensi untuk dicari, dilihat, disalin, dicuri, dipublikasi dan diikuti oleh orang lain. Jejak digital dapat membentuk citra diri seseorang, jejak digital buruk dapat merugikan diri sendiri.

Dr. Rusdiyanta turut menjelaskan, literasi digital adalah seperangkat keterampilan yang diperlukan bagi seseorang untuk mengakses, mengarahkan, memahami, dan berkontribusi pada informasi ekonomi digital modern.

Literasi digital adalah kemampuan dan wawasan seseorang dalam aspek pemanfaatan teknologi digital, alat komunikasi, membuat dan mengevaluasi informasi dengan sehat dan cermat serta patuh kepada hukum dalam kehidupan.

"Manfaat literasi digital yakni meningkatkan wawasan. Kegiatan mencari dan memahami informasi dapat menambah wawasan individu. Meningkatkan berpikir kritis. Meningkatkan kemampuan individu untuk lebih kritis dalam berpikir serta memahami informasi. Menambah Kosa kata dan kemampuan verbal," jelasnya.

Sebagai pembicara terakhir, Muhammad Taufan Akbar mengatakan, perangkat digital adalah kunci dalam melakukan beragam aktivitas digital. Diperangkat ini tersimpan informasi yang penting dari pemiliknya. "Perangkat digital tidak bisa digunakan orang lain tanpa seizin kita," tuturnya.

Tantangan informasi di era digital yakni tingginya pengguna media sosial di Indonesia akan meningkatkan penyebaran hoax, konten negative, pesan provokasi dan ujaran kebencian yang bisa menimbulkan konflik.

Apalagi, pola komunikasi masyarakat di Indonesia dalam bersosial media yakni “10 to 90” yaitu 10% yang memproduksi informasi sedangkan 90% cenderung mendistribusikannya. Dengan tingkat literasi yang seperti ini membuat arus informasi di sosial media, cenderung berisi konten negatif atau hoax.

Dalam sesi KOL, Puty Nurul mengatakan, sekarang itu memang tidak bisa dipungkiri perkembangan dunia digital itu sudah menyasar ke segala arah, artinya informasi yang kita dapatkan tidak hanya terkait dengan pekerjaan kita.

"Namun bisa berbagai macam informasi yang berseliweran di sosial media dan hal ini yang harus kita waspadai, karena tidak semua berita ini positif dan benar adanya kita harus crosscheck kembali. Di sini literasi digital punya peran yang sangat penting untuk bisa membuat kita semakin cakap digital dan menjadi lebih tahu hal-hal yang bisa untuk dikonsumsi," jelasnya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Habibie menanyakan, bagaimana memfilter emosional kita untuk tidak oversharing informasi hanya untuk mendapatkan pujian dari orang lain?

Berita Terkait