Kondisi Inflasi Riau dan Imbas ke Permintaan Bahan Pangan

Kamis, 16 Juni 2022 07:30 inflasi Riau komoditas pangan inflasi Pekanbaru Badan Pusat Statistik (BPS)
Kondisi Inflasi Riau dan Imbas ke Permintaan Bahan Pangan
Kondisi Inflasi Riau dan Imbas ke Permintaan Bahan Pangan

ILUSTRASI inflasi (liputan6 com johan fatzry)

YUKBIZ.COM, PEKANBARU - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Riau sebagai bagian dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) meminta pemda untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan bahan pangan seiring pulihnya daya beli masyarakat. 

Kepala BI Riau Muhamad Nur mengatakan saat ini tekanan inflasi di Provinsi Riau dipengaruhi oleh dua faktor dominan, pertama adalah faktor yang bersifat fundamental yaitu pemulihan daya beli, dan kedua adalah faktor eksternal yang berasal dari peningkatan harga komoditas secara global. 

"Walaupun tekanan inflasi saat ini lebih bersifat demand side, namun kenaikan tersebut tetap harus diwaspadai dan dikelola, karena memengaruhi daya beli masyarakat terutama pada kelompok masyarakat yang tidak mengalami peningkatan income atau tidak menikmati fenomena pemulihan ekonomi," ujarnya Rabu (15/6/2022). 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Mei 2022 lalu Riau mengalami inflasi sebesar 0,88 persen secara bulanan, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,60 persen secara bulanan. 

Sementara itu inflasi tahunan Riau pada Mei 2022 sebesar 4,51 persen, atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya 3,68 persen. 

Sedangkan inflasi tahun berjalan Riau Januari-Mei 2022 sudah mencapai 3,38 persen. 

Inflasi Riau pada Mei 2022 lalu utamanya bersumber dari kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran (nasi dengan lauk dan bakso siap santap), makanan minuman dan tembakau (bawang merah, daging ayam ras), serta transportasi (tarif angkutan udara). 

Selain itu, tekanan inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga minyak goreng, cabai merah, semen, jengkol, dan cabai hijau. 

M. Nur mengakui saat ini Provinsi Riau masih menghadapi risiko peningkatan tekanan inflasi hingga akhir tahun. 

Berdasarkan historisnya, tekanan inflasi di Riau mengalami peningkatan pada periode Juni-Juli dan Oktober-November, dengan komoditas yang seringkali menyumbang tekanan inflasi diantaranya aneka cabai, bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, dan minyak goreng. 

Sementara itu jika dilihat secara gamblang, seluruh kelompok mulai dari kelompok volatile food, administered price, dan inti, memiliki risiko yang dominan mendorong tekanan inflasi. 

"Krisis pangan global serta defisit produksi di wilayah sentra lokal berisiko dapat mendorong inflasi keseluruhan tahun 2022 lebih tinggi dari sasaran target inflasi. Selain itu, masa pemulihan ekonomi mendorong peningkatan biaya produksi pada barang kebutuhan konsumsi masyarakat," ujarnya.

Berita Terkait