Kisah Tukang Sawit Banyak Duwit, dari Jual Udang, Loper Koran hingga Jadi Pengusaha

Senin, 20 Desember 2021 07:37 bisnis minyak sawit Martua Sitorus Thio Seeng Haap kelapa sawit
Kisah Tukang Sawit Banyak Duwit, dari Jual Udang, Loper Koran hingga Jadi Pengusaha
Kisah Tukang Sawit Banyak Duwit, dari Jual Udang, Loper Koran hingga Jadi Pengusaha

FOTO Martua Sitorus (Dok.Pemkot Medan)

YUKBIZ.COM - Cerita sukses orang untuk memotivasi, bukan untuk membuat iri.

Siapa yang tak kenal Martua Sitorus? Pria keturunan Tionghoa yang menyandang marga klan Batak, suku di Sumatra Utara, ini sukses besar dari bisnis minyak sawit sampai membawanya menjadi orang terkaya ke-12 di Indonesia versi Forbes.

Tapi kesuksesannya tidak datang sekejap mata. Pemilik nama asli Thio Seeng Haap ini harus lebih dulu merasakan pahit dan getirnya hidup sebelum mencatat kekayaan US$2,9 miliar setara Rp41,7 triliun (kurs Rp14.400 per dolar AS).

Ia lahir 6 Februari 1960 lalu di Pematangsiantar, Sumatra Utara. Selama duduk di bangku sekolah, ia berjualan ikan dan udang. Bahkan, ia sempat mencicipi hidup sebagai loper koran.

Martua berhasil lulus kuliah dan menyandang gelar sarjana ekonomi dari Universitas HKBP Nommensen, Medan. Barulah ketika beranjak dewasa, Martua mulai berjualan kelapa sawit.

Pelan tapi pasti, usahanya tersebut berkembang. Pada 1980-an, ia pun menjalin kerja sama dengan Kuok Khoon Hong, pengusaha gula dan properti asal Malaysia yang juga keponakan Robert Kuok.

Keduanya sepakat mengembangkan bisnis bersama di bawah bendera Wilmar. Konon, Wilmar merupakan singkatan dari nama keduanya, yaitu William, panggilan Kuok Khoon Hong, dengan Martua Sitorus.

Mereka pun berbagi tugas. Kuok Khoon Hong menjabat sebagai CEO, sedangkan Martua didapuk sebagai chief operating officer (COO) Wilmar International Ltd.

Wilmar mulanya mengelola 7.100 hektare (ha) kebun kelapa sawit. Sejalan dengan waktu, Wilmar semakin berkembang dan tumbuh menjadi perusahaan sawit terkemuka.

Wilmar telah menjadi pemimpin global dalam pemrosesan dan perdagangan minyak nabati, penghancuran biji minyak, perdagangan gula, penggilingan dan pemurnian, produksi oleokimia, lemak khusus, biodiesel sawit, termasuk penggilingan tepung dan juga penggilingan beras.

Di situsnya, Wilmar bahkan mengklaim menjadi perusahaan agribisnis terbesar di Asia dan Afrika. Saat ini, perusahaan mengoperasikan lebih dari 500 pabrik dan mempekerjakan 100 ribu orang lebih.

Operasional Wilmar sendiri banyak dilakukan di Indonesia. Namun, Wilmar berbasis di Singapura. Martua hijrah dari kampung halamannya ke Singapura demi membesarkan perusahaan besutannya itu.

Berita Terkait