Jelajah Kuliner Nusantara: MEGONO, Pembeda Hidangan Dari Pekalongan

UnKnown, 16 Agustus 2020 06:20 nasi dibungkus daun pisang Sego Megono R Hendro Rpu jelajah kuliner nusantara
Jelajah Kuliner Nusantara: MEGONO, Pembeda Hidangan Dari Pekalongan
Jelajah Kuliner Nusantara: MEGONO, Pembeda Hidangan Dari Pekalongan

foto: kaskus.co.id

Meskipun penampilannya nampak sederhana, tapi cukup sulit mendiskripsikan kuliner khas wilayah Pekalongan ini.
Tulisan dan Ulasan: R Hendro Rpu

YUKBIZ.COM - Sajian ini tidak bisa dikatakan 'lauk' tapi juga tidak bisa dikatakan 'sayur', meskipun bahan utamanya dari nangka muda (gori).

Tapi yang jelas, Megono, nama sajian ini, tak bisa dilepaskan dari nasi, ia senantiasa menemani nasi. Karenanya di daerah asalnya sering disebut sebagai 'Sego Megono', yakni nasi plus megono tersebut.

Sajian ini dapat ditemui di daerah pantai utara Jawa Tengah, mulai dari wilayah kabupaten Batang sampai Pemalang, dan terutama di daerah kodya Pekalongan.

Megono terbuat dari cacahan nangka muda (gori) yang diberi parutan kelapa dan bumbu dan dimasak dengan cara dikukus.

BACA JUGA:

* Semarakkan HUT Kemerdekaan RI Ke-75, Yamaha Gelar Kegiatan Virtual Pesta Merdeka Yamaha Live di Instagram, Yuk Ikutan!

* Luar Biasa, Sejak Maret Harga Bitcoin Melonjak hingga 180 Persen. Apa Penyebabnya?


Secara tradisional, Megono kemudian bersama nasi dibungkus daun pisang. Dapat dikatakan megono sebagai 'topping' untuk nasi.

Selanjutnya, nasi megono yang dikemas dalam bungkus daun pisang yang menggugah selera itu, dapat dinikmati dengan berbagai lauk.

Nasi dengan 'topping' megono itu biasanya sengaja disajikan dalam bungkusan daun pisang yang tidak terlalu besar, agar jika dinikmati dengan berbagai lauk yang tersaji akan terasa pas di perut.

Masyarakat Pekalongan umumnya memulai hari dengan Nasi Megono sebagai sarapan. Kita dapat menemuinya hampir di setiap sudut kota pada penjual makanan, dan tentu saja juga di rumah-rumah tangga.

Paling sederhana, nasi megono dapat dinikmati dengan tempe mendoan dan sambal. Walau nampaknya sederhana, tapi sensasinya nikmat sekali sebagai sarapan.

Tentu selain mendoan, penjual juga menyajikan berbagai lauk lain semisal cumi, ayam, telor, daging, dan berbagai sayur.

Terlebih kultur masyarakat Pekalongan yang menyukai bercengkrama di warung atau kedai untuk memulai hari. Maka, menyantap Nasi Megono plus secangkir kopi di pagi hari bisa dikatakan menu andalan yang nikmat tak tergantikan.

Kita tahu bahwa masyarakat Nusantara akrab dengan pohon Nangka. Kayunya umum dibuat bahan bangunan dan furnitur. Buahnya yang matang lezat untuk dinikmati langsung ataupun sebagai campuran minuman tradisional.

Sedangkan buah nangka muda, akrab untuk berbagai kuliner di wilayah Nusantara.

BACA JUGA:

* GAPKI: Ekspor dan Harga Minyak Sawit Membaik

* Pemerintah Sedang Menggodog Program Bagi UMKM Calon Penerima BLT Rp 2,4 Juta

Sebut saja, di Sumatra Barat terkenal dengan Gulai Cubadak (gulai nangka muda), di Jogja dipakai sebagai bahan utama Gudeg, di Jawa Timur, nangka muda disayur lodeh yang disebut dengan 'jangan tewel', sementara di Jawa Barat nangka muda kadang untuk pelengkap sayur asem.

Kalau semua di atas itu dapat dikelompokkan sebagai 'sayur', maka Megono lebih unik kedudukannya.

Megono tidak bisa dikatakan sebagai 'sayur' sehingga suka-suka bisa diambil atau tidak. Juga tidak bisa dikatakan 'lauk' sehingga suka-suka mau dipilih atau tidak diantara jajaran lauk yang lain.

Megono kedudukannya 'menyatu' dengan nasi.

Secara filosofis mungkin dapat dikatakan bahwa Megono adalah (sedikit) penambahan yang kemudian membuat semua hidangan (apapun lauknya) menjadi 'berbeda' sama sekali.

Sebagai analogi, Megono yang gurih itu dapat diibaratkan sebagai santan yang 'menyatu' di nasi uduk, sebagai kunyit yang memberi citarasa pada nasi kuning, sebagai lemak kambing yang menegaskan nasi kebuli.
Ya, Megono lebih sebagai pelengkap yang 'menyatu' dengan nasi.

Para penjual makanan di wilayah Pekalongan, yang tidak menjual Nasi Megono yang dibungkus daun, biasanya, apapun lauknya, akan menawari pembeli untuk menambahkan taburan Megono.

Tetapi jika pembelinya orang Pekalongan sendiri, kemungkinan besar mereka akan meminta untuk ditambahkan Megono.

Meskipun nikmat untuk sarapan, Megono umumnya menjadi teman makan sepanjang hari, apapun lauknya.

Megono, tidak hanya mewarnai hari-hari masyarakat Pekalongan sebagai makanan harian, tatapi juga melengkapi acara ritual mereka di berbagai kenduri, selamatan, maupun acara adat.

Ada yang mengatakan bahwa 'Megono' dari kata 'mergo ono' (karena ada).
Bisa ditafsirkan bahwa Megono dibuat dari bahan yang banyak tersedia di alam Jawa, yakni tanaman nangka.

Namun bisa juga ditafsirkan bahwa dengan Megono maka sajian apa saja menjadi lengkap dan sempurna (mergo ono).

Ketika mengunjungi daerah Pemalang-Pekalongan-Batang, tentu Nasi Megono ini yang tak boleh Anda lewatkan.

Dapat dikatakan menjadi penanda sah tidaknya kunjungan Anda di wilayah itu.

BACA JUGA:

* Bupati Rohil Kirim 96 ASN Studi Lanjut ke PPs Universitas Islam Riau (UIR)

* Wapres Ma'ruf Amin: Digitalisasi Ekonomi Syariah Mutlak Dilakukan di Tengah Pandemi Covid19

Terlebih jika Anda menikmatinya di pagi hari sebagai sarapan, betapa asyiknya sebungkus Nasi Megono bungkus daun pisang dinikmati dengan tempe mendoan hangat dan secangkir kopi hitam.

Kalaupun Anda belum berkesempatan mengunjungi wilayah itu, tentu Anda dapat mencoba membuat sendiri Megono si rumah Anda.
 
Berikut resep membuat Megono oleh Ina Tiara dari cookpad.com :

Bahan-bahan

250 gr nangka muda. cacah kecil
4 serai. iris tipis bagian putihnya
250 gr kelapa muda diparut
2 lembar daun salam
2 lembar daun jeruk
10 cabe rawit iris tipis (sesuai selera)

Bumbu Halus :

6 bawang merah
2 bawang putih
1/2 sdt ketumbar
1 cm kencur
2 kemiri
1 bungkus trasi
50 ons gula merah
1 sdt garam

Langkah

Campur semua bahan dan bumbu jadi satu
Kukus sampai matang

Salam KelanaRasa *

 

Jelajah Kuliner Nusantara: MEGONO, Pembeda Hidangan Dari Pekalongan

Berita Terkait