Jelajah Kuliner Indonesia: MIE SAGU SELATPANJANG, Kisah Sagu Yang Tersisa & Perpaduan Budaya di Sumatra

Rabu, 01 Juli 2020 02:38 mie sagu Selatpanjang selat Malaka Kepulauan Meranti propinsi Riau Jelajah kuliner Indonesia R Hendro Rpu
Jelajah Kuliner Indonesia: MIE SAGU SELATPANJANG, Kisah Sagu Yang Tersisa & Perpaduan Budaya di Sumatra
Jelajah Kuliner Indonesia: MIE SAGU SELATPANJANG, Kisah Sagu Yang Tersisa & Perpaduan Budaya di Sumatra

ilustrasi foto: kebudayan.kemendikbud.co.id

Tanaman Sagu atau biasa disebut Rumbia adalah tanaman pangan asli Nusantara. Sementara beras, jagung, ketela, gandum (terigu) justru bukan tanaman asli Nusantara. Ironisnya, sagu yang asli Nusantara justru makin tersisih dan terlupakan oleh tanaman-tanaman 'pendatang' tersebut.
Tulisan dan ulasan: R Hendro Rpu


YUKBIZ.COM - Orang umumnya mengenal sagu dan olahannya sebagai makanan khas Indonesia Timur.

Meskipun di Indonesia Timur sendiri, sagu sudah semakin digantikan oleh nasi (beras) sebagai makanan pokok.

Tetapi, tahukah Anda bahwa salahsatu penghasil sagu terbesar di Indonesia adalah propinsi Riau, yang ada di bagian barat Indonesia.

Iya, tepatnya di Kabupaten Kepulauan Meranti propinsi Riau dengan ibukota adalah Selatpanjang, dimana banyak pulau-pulau kecil, daerah rawa, gambut yang merupakan lahan yang sangat bagus untuk tumbuhnya tanaman Sagu (Rumbia).

Kabupaten Kepulauan Meranti adalah wilayah propinsi Riau yang berbatasan langsung dengan selat Malaka.

Dulu merupakan wilayah pesisir dari Kesultanan Siak.

Letak geografis itu menyebabkan Kabupaten Meranti sejak berabad-abad lalu menjadi persinggahan banyak bangsa dan kultur budaya.

Hingga saat ini, di Kabupaten Meranti hidup berdampingan dengan baik sebagai mayoritas penduduk yakni orang Melayu dan Tionghoa.

Sementara alam Kabupaten Meranti dan Sumatera secara umum, menyediakan tanaman Sagu sejak semula.

Tanaman Sagu atau biasa disebut Rumbia adalah tanaman pangan asli Nusantara.

Sementara beras, jagung, ketela, gandum (terigu) justru bukan tanaman asli Nusantara.

Ironisnya, sagu yang asli Nusantara justru makin tersisih dan terlupakan oleh tanaman-tanaman 'pendatang' tersebut.

Peneliti Sagu Indonesia, Prof. Nadirman Haska, (dikutip dari detik.com) mengatakan bahwa hal ini dibuktikan oleh relief atau pahatan di Candi Borobudur tentang palma kehidupan yakni ada nyiur (kelapa), lontar, aren dan sagu.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa secara Antropologi, masyarakat Jawa menyebut nasi dengan istilah 'sego' dan masyarakat Sunda menyebut beras dengan sebutan 'sangu'.
Yang mana kedua kata itu berakar pada kata 'sagu', yang makanan pokok pada masa lalu.

Fakta sejarah itu tak lepas dari fakta alam bahwa cadangan pohon sagu alami di Indonesia sekitar 1,4 juta hektar (ha) yang tersebar di hutan tropis Sumatera, Kalimantan, Maluku hingga Papua (detik.com).

Prasasti Talang Tuo dari tahun 684 Masehi yang ditemukan di wilayah Sumatera Selatan, juga berkisah perihal pohon/tanaman Sagu.

Menariknya, di prasasti itu justru tidak disebut tanaman beras, gandum, jagung, juga ketela.

Prasasti itu menunjukkan bahwa pada jaman itu tanaman Sagu sudah akrab dengan masyarakat Nusantara, khususnya Sumatera kala itu.

Sejarah sagu yang kemudian tersisa di pulau Sumatra, dapat dikatakan sekarang terpusat di Kabupaten Meranti, Riau ini.

Melewati abad demi abad keakraban masyarakat kepulauan Meranti, baik yang asli maupun pendatang, dengan tanaman Sagu tetap terpelihara.

Tak kurang ada sekitar 200-an makanan olahan Sagu di masyarakat kepulauan Meranti.
Bahkan Kabupaten Kepulauan Meranti mempunyai semacam festival Sagu tahunan yang diadakan di Selatpanjang, ibukota kabupaten.

Salahsatu makanan olahan sagu khas kabupaten Meranti adalah Mie Sagu Selatpanjang.

Mie kita ketahui adalah makanan pengaruh kebudayaan Cina.
Dimana di kabupaten Meranti, terutama di kota Selatpanjang, ibukotanya, banyak bermukim warga keturunan Cina.

Mie Sagu adalah jawaban atas pertemuan budaya serta khazanah alam tersebut.

Penyebutan Mie Sagu Selatpanjang untuk membedakan dengan makanan serupa dari wilayah lain, yakni Mie Sagu Pontianak.

Tentu ada perbedaan citarasa antara mie yang umumnya berbahan terigu dengan mie yang terbuat dari sagu ini.

Sagu memberikan tekstur dan citarasa yang tidak liat, bahkan perlu sedikit penanganan khusus dalam mengolahnya agar tidak menjadi terlalu lembek.

Kekhasan dari Mie Sagu Selatpanjang adalah dengan penambahan ikan teri (bilih), tauge dan irisan kucai (daun bawang).

Kalaupun Anda belum berkesempatan mengunjungi Kepulauan Meranti, di Pekanbaru, ibukota propinsi Riau, Anda cukup dapat dengan mudah menemukan sajian kuliner ini.

Juga tentunya Anda dapat memasak sendiri sajian ini dengan bahan mie sagu, yang meskipun jarang, mungkin dapat Anda di supermarket di kota Anda.

Berikut resep Mie Sagu Selatpanjang dari Nurul Emilia Utama (Cookpad.com) :


Bahan-bahan
(untuk 2 porsi)

250 gram mie sagu
Tauge, sawi (tergantung selera)
Daun bawang
Seledri
Telur
Kecap manis
Garam
Penyedap rasa
Air
Minyak untuk menumis
Bahan-bahan yang dihaluskan:
5 butir Bawang merah
3 butir Bawang merah
Cabe merah 10 butir (tergantung selera pedas)
25 gram Ikan teri

Langkah:
Rendam mie sagu terlebih dahulu dengan air.
Tumis semua bumbu yang telah dihaluskan sampai harum
Masukkan toge atau sawi
Pecahkan telur dan diaduk pada bumbu yang telah harum, masukkan garam, penyedap rasa dan kecap. Aduk hingga merata
Masukkan mie sagu yg telah ditiriskan terlebih dahulu
Tambahkan sedikit air
Masukkan daun bawang dan seledri
Aduk merata hingga matang
Enak dinikmati selagi hangat


Salam KelanaRasa *

 

Jelajah Kuliner Indonesia: MIE SAGU SELATPANJANG, Kisah Sagu Yang Tersisa & Perpaduan Budaya di Sumatra

Berita Terkait