Eps 5, Raja Rokok RI: Cerita Pabrik Djarum yang Jarang Orang Tahu

Kamis, 10 Maret 2022 08:21 PB Djarum Robert Budi Hartono Michael Bambang Hartono Djarum raja rokok Indonesia bos rokok Indonesia
Eps 5, Raja Rokok RI: Cerita Pabrik Djarum yang Jarang Orang Tahu
Eps 5, Raja Rokok RI: Cerita Pabrik Djarum yang Jarang Orang Tahu

Pabrik berada di Jalan Bitingan Baru nomor 28 (kini Jalan Ahmad Yani) Kudus, Jawa Tengah.

Sama seperti bisnis sebelumnya, lagi-lagi api membuat repot dan mengganggu bisnis rokok Oei Wie Gwan. 

"Pada tahun 1963 terjadilah musibah kebakaran yang hampir menghancurkan perusahaan," tulis Rudi Badil dalam Kretek Jawa (2011:35). 

Peristiwa itu disusul dengan meninggalnya Oei Wie Gwan.

Meski begitu, usaha rokok Djarum yang dirintis Oei Wie Gwan itu tak ditinggalkan anak-anaknya. 

Dua anaknya, yang sudah punya nama Indonesia, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono, menurut Rudi Badil "berhasil memulihkan keadaan" hingga rokok Djarum bersaing di pasaran.

Kedua anak Oei Wie Gwan itu, menurut catatan Mark Hanusz dalam Kretek: The Culture and Heritage of Indonesia's Clove Cigarettes (2000:136&142) bahkan membangun bagian penelitian dan pengembangan terkait produk mereka sejak 1970 dan memakai mesin-mesin untuk meningkatkan produksi. 

Artinya keduanya serius dengan industri keluarganya. 

Setelah kematian Oei Wie Gwan, perusahaan rokok Djarum berinovasi. Mereka memasarkan produk kretek filter sejak 1976 dan pada 1981 mereka meluncurkan Djarum Super. 

Merek terakhir cukup diminati pasar hingga saat ini.

Kudus yang di zaman Nitisemito berjaya dengan rokok Tiga Bal sudah diramaikan industri kretek, di masa anak-anak Oei Wie Gwan memimpin Djarum, kota ini seolah dibuat menjadi kota bulutangkis. 

PB Djarum berdiri di kota itu dan anak-anak Oei Wie Gwan membina atlit bulutangkis berkat rokok.

Bisnis rokok mengantarkan anak-anak Oei Wie Gwan menjadi konglomerat. Mereka terjun elektronika (Polytron), perkebunan (HPI Argo), pusat perbelanjaan (Grand Indonesia), perdagangan elektronik (Blibli), agen perjalanan daring (tiket.com) dan di perbankan mereka pemilik Bank Central Asia (BCA).

Berita Terkait