Padahal, suplainya tidak mengalami kenaikan, bahkan terbatas.
AS pun lebih memprioritaskan kebutuhan domestiknya terlebih dahulu, baru kemudian memenuhi kebutuhan di pasar global.
Hidayat tak memungkiri bahwa para pelaku industri pangan domestik yang bergantung pada impor kedelai mengalami tekanan.
Terbukti, para pengrajin tahu tempe di berbagai wilayah sempat melakukan aksi mogok operasional beberapa waktu yang lalu.
“Kalau saya melihat, tujuan produsen tahu tempe mogok itu juga untuk edukasi ke masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat perlu sadar bahwa harga tahu tempe dipengaruhi oleh harga kedelai global,” terang dia.
Di samping itu, lanjut Hidayat, tertekannya pelaku industri pangan domestik juga membuat impor kedelai Indonesia cenderung mengalami penurunan.
Catatan Akindo, dalam dua tahun terakhir (2020-2021), rata-rata impor kedelai Indonesia berkisar 2,4 juta ton.
Padahal, sebelum periode tersebut, impor kedelai bisa mencapai kisaran 2,6 juta ton. (Kontan)
BACA JUGA: INSPIRASI BISNIS Mengolah Produk Skala Rumahan Jadi Oleh-oleh Nomor Satu Daerah
BACA JUGA: Yamaha Fazio
BACA JUGA: Analis Harga Kripto Bitcoin Bakal Melonjak, Simak Faktor-faktornya
TONTON VIDEO MOTIVASI Sabar Rezekine Jembar, Sabar Itu Ikhlas, Petuah Leluhur