ANALISIS Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III/2022 dan Risiko Resesi Indonesia

Senin, 07 November 2022 06:26 resesi dunia perekonomian masa depan strategi bisnis perekonomian Riau
ANALISIS Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III/2022 dan Risiko Resesi Indonesia
ANALISIS Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III/2022 dan Risiko Resesi Indonesia

Apabila secara kuartalan terus terjadi pertumbuhan, yakni pada kuartal I/2022 di 5,01 persen, kuartal II/2022 di 5,44 persen, dan berlanjut, maka target pertumbuhan ekonomi 2022 di 5,2 persen bisa tercapai. 

Komponen pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) ditentukan oleh nilai konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah (government spending), ekspor, dan impor. 

Konsumsi domestik berperan hingga 60 persen terhadap PDB, sehingga apabila mampu terjaga, ekonomi akan tumbuh dengan baik. 

Terdapat kecenderungan bahwa pada akhir tahun pemerintah akan menggenjot belanjanya, sehingga komponen pengeluaran pemerintah dan konsumsi domestik bisa meningkat. 

Namun, kinerja investasi, ekspor, dan impor akan bergantung kepada kondisi ekonomi global sehingga masih dapat bergerak dinamis. 

Berbagai indikator itu dapat menjadi acuan bagi Indonesia untuk menghadapi risiko resesi global pada 2023. 

Berbagai lembaga internasional menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2023, karena seperti yang Bank Dunia sampaikan, akan terjadi awan gelap perekonomian tahun depan. 

Apakah Indonesia aman? 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati cukup optimistis akan hal tersebut. 

Dia menyebut bahwa di tengah kewajiban konsolidasi fiskal atau pengurangan defisit APBN, ekonomi Indonesia bisa tetap tumbuh positif.

“Karena kita punya alasan untuk optimistis, momentum pemulihan kita bagus, external balance bagus, kesehatan sudah recover, kesehatan APBN juga sudah diperkuat lagi. Sesudah dihantam Covid semuanya, banyak negara yang belum sehat, kita relatif sudah mulai recover,” ujar Sri Mulyani dalam wawancara khusus bersama Bisnis, beberapa waktu lalu. 

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla pun menyampaikan keyakinannya bahwa resesi global tidak banyak menyentuh Asia Tenggara, termasuk Indonesia. 

Alasannya, perekonomian Indonesia memiliki ketahanan yang kuat dalam menghadapi badai resesi global. 

Berita Terkait