Mengutip Bloomberg, harga batu bara Newcastle pada perdagangan Jumat (24/9/2021) pukul 18.45 WIB tercatat naik 5,40 poin atau 2,99 persen menembus US$185 per metrik ton.
Sementara itu untuk kontrak Oktober 2021, bursa ICE Newcastle mencatatkan koreksi sekitar 4 poin menjadi U$226 per metrik ton dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya US$230 per metrik ton.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia mengatakan, pada dasarnya anggota APBI mengikuti kebijakan pemerintah.
Angka ini naik 7,60 poin dari penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Kenaikan paling tinggi terjadi untuk kontrak Desember dengan peningkatan 10,40 poin menjadi US$164 per metrik ton.
Kata-kata diperlunak untuk menyerukan "penurunan bertahap" dibanding "penghapusan bertahap" batubara setelah antara lain ada lobi dari India.
"Harga akan terus mengalami peningkatan hingga akhir tahun karena permintaan akan terus tinggi ke depan," katanya kepada Bisnis, Jumat (26/11/2021).
Dia menyebutkan bahwa proyeksi tersebut keluar setelah Kementerian ESDM meminta pendapat para stakeholders, termasuk para pelaku usaha di sektor pertambangan batu bara.
Sehari setelah kebijakan itu terbit, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Kementerian ESDM bersama pelaku usaha melakukan pertemuan membahas keputusan tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan menjelaskan, ke depannya PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan membeli harga batubara mengikuti pergerakan harga batubara di pasar.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan hal itu bakal menggerus daya saing produk ekspor tekstil dalam negeri.