"Pendapatan saya turun 85 persen, paling drastis sehingga saya tidak bisa memperoleh pendapatan. Trafik di kanal saya masih sama seperti sebelumnya," tulis sang YouTuber.
Trafik meningkat, iklan malah turun Belum ada jawaban resmi dari YouTube pusat akan hal ini.
Para kreator menduga salah satu penyebabnya adalah berhentinya berkurangnya iklan. YouTuber antara lain memperoleh pendapatan dari penonton yang melihat iklan (tanpa skip) di videonya.
Iklan dihitung berdasarkan CPM (cost per mile) atau komisi per 1.000 penonton).
Para pengiklan akan berlomba-lomba menawarkan harga terbaik agar iklannya terpampang di video tersebut. Semakin banyak iklan yang masuk, penawaran bisa semakin tinggi karena sengitnya kompetisi .
Sebaliknya, semakin sedikti pengiklan, penawaran juga akan berkurang karena minimnya kompetisi antar pengiklan.
Selama pandemi, banyak pengiklan yang menyetop iklannya. Informasi ini diungkap dalam artikel OneZero Medium yang ditulis oleh Chris Stokel-Walker, pewarta ekonomi lepas untuk media ternama seperti The Guardian, The Economist, dan BBC.
BACA JUGA:
* Pelanggan PLN, Token Listrik Gratis Agustus Sudah Bisa Diklaim, Ini Caranya
* Bank Digital BCA Segera Soft Launching di Semester II 2020. Platform Baru di Pasar Digital
Salah satu konsultan YouTube bernama Carlos Pacheco yang membantu 180 kanal YouTube dengan total hampir 68 juta subscriber, mengatakan rate pengiklan turun rata-rata hampir 50 persen sejak awal Februari.
"Semua orang menyetop iklan mereka di YouTube," kata Pacheco.
Padahal, menurut laporan New York Times, trafik penonton di YouTube justru meningkat sebesar 15 persen terhitung dari Januari-April 2020.