Soal UMKM, Predatory Pricing oleh e-Commerce Jadi Sorotan Teten Masduki, Pemerintah akan Redesain Model Bisnis Digital

Rabu, 15 Juni 2022 07:36 e-commerce predatory pricing UMKM UMKM Riau
Soal UMKM, Predatory Pricing oleh e-Commerce Jadi Sorotan Teten Masduki, Pemerintah akan Redesain Model Bisnis Digital
Soal UMKM, Predatory Pricing oleh e-Commerce Jadi Sorotan Teten Masduki, Pemerintah akan Redesain Model Bisnis Digital

ILUSTRASI pelaku UMKM (BRG) 

YUKBIZ.COM, JAKARTA - UMKM dan predatory pricing oleh e-commerce menjadi sorotan Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki.

Dia mengatakan redesain model bisnis ekonomi digital di Indonesia bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri, termasuk e-commerce dalam negeri, UMKM, dan juga konsumen.

Rencana perubahan akan dilakukan pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50 Tahun 2020, Tentang Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha Dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE).

Hal ini mengingat kebijakan nasional ekonomi digital itu luas di dalamnya mencakup pengaturan data, marketplace, dan sebagainya.

"Tapi, yang akan kita percepat itu mengenai revisi Permendag 50/2020 tentang perdagangan secara elektronik," kata Teten dalam keterangan tertulis, Rabu (15/6).

Namun, langkah untuk melindungi produk dalam negeri dan UMKM harus tetap menjadikan Indonesia sebagai tempat yang atraktif bagi investasi asing.

"Kita juga bukan ingin menutup pasar Indonesia untuk produk asing. Tapi, kita ingin produk asing atau impor playing field yang sama dengan produk dalam negeri dan UMKM," imbuhnya.

Dengan begitu, Teten berharap pasar ekonomi digital di Indonesia yang diprediksi nilainya pada 2030 mencapai Rp5.400 triliun bisa sebesar-besarnya dinikmati produk dalam negeri dan UMKM.

Ia menjabarkan, ada beberapa hal yang akan diatur. Di antaranya, mengenai Predatory Pricing yang sekarang banyak dilakukan e-commerce, termasuk Cross Border, yang berdampak pada produk UMKM tidak bisa bersaing.

"Predatory pricing itu bisa membunuh produk dalam negeri dan UMKM. Dan itu sudah tidak masuk akal. Dimana ada kekuatan ekonomi besar yang bakar uang yang bisa membunuh UMKM," ungkapnya.

Kemudian hal lainnya adalah yang menyangkut ritel online (produk impor). Teten menginginkan mereka harus mengimpor barang dahulu ke Indonesia secara konvensional, baru setelahnya boleh menjual produknya di Indonesia.

Selain itu, perubahan diinginkan mengarah pada posisi dan peran e-commerce cukup sebagai penyedia plattform, bukan sekaligus jualan produknya sendiri atau produk dari perusahaan afiliasinya.

Berita Terkait