Aku terharu sekaligus menunduk bersimpati atas semua yang terjadi pada Gajah jantan Sarma yang kini sudah berusia 32 tahun.
Sarma Gajah jantan kekar dengan reputasi pernah membunuh manusia di daerah Pelalawan.
Pejantan itu meski dimakan usia masih gagah perkasa tapi sekarang dibuat tunduk dan patuh pada manusia.
Aku dibuat tertegun memandangi sekujur tubuh besarnya, kuraba kulit tebalnya, tak menyiakan kesempatan, akupun menempelkan wajah dan berbisik di telinganya. Seakan mendengar suara hatiku.
Gajah Sarma mendekatkan wajah tanpa berkedip mata sipitnya.
Sarma sedang menggendong penumpang. foto: ist
Banyak kisah dan cerita bagaimana Gajah amuk merusak rumah lalu menginjak injak manusi hingga remuk tulang dan pecah terburai perutnya.
Gajah sejatinya bukan liar tapi memang mempertahankan teras dan halaman hutan belantara miliknya.
Sambil kupegang pipi Sarma, setengah sadar akupun berandai-andai. Jika saja penguasaan hutan bisa dilegalkan surat kepemilikan, atas nama Gajah, maka binatang besar inilah yang berhak atas surat hak milik (SHM) bukan kita manusia.
Lamunanku buyar ketika daun tebu menyepak lengan tanganku. Gajah baik yang ada didekapanku asyik menikmati tebu yang ditanam di depan rumah anak muda bernama Heri penjaga setianya.
Maafkan manusia ya Gajah Sarma, memporak porandakan rumahmu demi mempertahankan kelangsungan zuriat.