Mengapa Bitcoin Cs Loyo, Benarkah Gara-Gara Terra

Selasa, 17 Mei 2022 07:19 mata uang digital mata uang kripto bitcoin
Mengapa Bitcoin Cs Loyo, Benarkah Gara-Gara Terra
Mengapa Bitcoin Cs Loyo, Benarkah Gara-Gara Terra

ILUSTRASI mata uang digital

YUKBIZ.COM - Mayoritas kripto utama cenderung terkoreksi pada perdagangan Selasa (17/5/2022), di mana Bitcoin cenderung bertahan di kisaran level US$ 29.000.

Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:35 WIB, Bitcoin melemah 1,89% ke level harga US$ 29.939,08/koin atau setara dengan Rp 438.308.131/koin (asumsi kurs Rp 14.640/US$), Ethereum ambles 2,71% ke level US$ 2.037,68/koin atau Rp 29.831.635/koin.

Berikutnya dari beberapa koin digital (token) alternatif (altcoin) yakni XRP ambrol 2,1% ke US$ 0,4294/koin (Rp 6.286/koin), Cardano ambruk 3,85% ke US$ 0,5628/koin (Rp 8.239/koin), dan Solana tergelincir 3,02% ke US$ 54,69/koin (Rp 800.662/koin).

Sedangkan token stablecoin Tether (USDT) turun tipis 0,01% dan Binance USD (BUSD) melemah 0,24%.

Sementara itu, beberapa altcoin pun berkinerja buruk pada hari ini, menandakan bahwa selera risiko investor masih cenderung minim karena ketidakpastian kondisi global dan mereka masih cenderung merespons negatif dari kejatuhan dua token Terra yakni LUNA dan TerraUSD (UST).

Namun, kenaikan volume perdagangan selama aksi jual pada pekan lalu ditambah dengan volatilitas yang memudar dapat menunjukkan kenaikan singkat dalam harga kripto.

Investor di kripto juga masih khawatir dengan kondisi global yang masih belum pasti. Investor masih mewaspadai potensi resesi di Amerika Serikat (AS). Buntutnya, pasar saham AS kembali tertekan pada perdagangan Senin awal pekan ini.

Indeks acuan bursa utama AS tersebut diterpa aksi jual setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengumumkan rencana agresif menaikkan suku bunga acuan. Selain itu, kekhawatiran resesi akibat inflasi yang tinggi juga menjadi faktor penghambat gerak bursa saham AS.

"Kami terus bertransisi melalui penetapan harga yang didorong oleh suku bunga ini," kata Bill Northey, direktur investasi senior di U.S. Bank Wealth Management.

"Jadi, karena kurva imbal hasil Treasury AS terus bergerak lebih tinggi untuk mengantisipasi inflasi realisasi yang lebih tinggi dan penyesuaian kebijakan Federal Reserve, kami telah melihat penyesuaian yang konsisten dan luas terhadap valuasi aset yang telah terjadi konsisten dengan meningkatnya kekhawatiran inflasi," tambah Bill.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) telah melonjak, merespon berakhirnya era suku bunga rendah. Yield tenor 10 tahun bahkan sempat mencapai 3% pada awal bulan ini. Naik dari 1,5% di awal tahun.

Yield obligasi dan saham memiliki hubungan yang negatif. Sehingga ketika yield obligasi meningkat, maka pasar saham cenderung melemah, juga terjadi di pasar kripto.

Berita Terkait