Luar Biasa, Ini Sejarah Baru, RI Sukses Terbangkan Pesawat Pakai Bahan Bakar Nabati

Kamis, 07 Oktober 2021 09:54 energi baru terbarukan Pesawat CN235 Bahan Bakar Nabati
Luar Biasa, Ini Sejarah Baru, RI Sukses Terbangkan Pesawat Pakai Bahan Bakar Nabati
Luar Biasa, Ini Sejarah Baru, RI Sukses Terbangkan Pesawat Pakai Bahan Bakar Nabati

"Keberhasilan ini akan menjadi tahap awal dalam peningkatan kontribusi bioavtur di sektor transportasi udara, dalam rangka meningkatkan ketahanan dan keamanan energi nasional," kata dia.

Potensi pasar bioavtur Rp 1,1 triliun

Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, bahan bakar nabati tersebut memiliki pangsa pasar yang besar yakni mencapai Rp 1,1 triliun.

Oleh sebab itu, penting untuk terus dikembangkan. "Pangsa pasar J2.4 ini diperkirakan mencapai Rp 1,1 triliun," ungkapnya.

Maka untuk mendukung pengembangan bioavtur, pemerintah telah menyediakan insentif perpajakan yang bisa dimanfaatkan oleh korporasi yang terlibat. Insentif itu yakni super deduction tax yang bisa diberikan hingga 300 persen.

"Tentu dengan kebijakan pemerintah yang sudah memberikan super deduction tax, kegiatan-kegiatan ini bisa mendapatkan inovasi tax terhadap korporasi yang mesponsori, dan pemerintah bisa memberikan sampai dengan 300 persen," kata Airlangga.

Pertamina akan kembangkan J5 Seiring dengan suksesnya uji terbang penggunaan campuran bahan bakar bioavtur J2.4, Pertamina akan langsung mengembangkan campuran bahan bakar bioavtur 5 persen atau J5.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya akan memproduksi bioavtur J5 dalam waktu dekat.

Meski demikian, ia tak menyebutkan kapan waktu pasti produksi J5 bisa dilakukan.

"Tahap kali ini adalah masuk ke avtur mulai dari 2,5 persen. Nanti setelah turn around dari Kilang Cilacap, itu bisa kita tingkatkan menjadi 5 persen, sehingga kita akan produksikan J5 dalam waktu dekat," ungkapnya.

Menurutnya, dalam mengembangkan bioavtur, saat ini ada dua kilang Pertamina yang siap untuk memproduksi bahan bakar nabati itu yakni Kilang Dumai dan Kilang Cilacap.

Di sisi lain, Nicke menyatakan, untuk Pertamina melakukan produksi dan komersialisasi biovtur perlu dilihat kesiapannya secara utuh.

Sebab ada bahan baku yang tak bisa dikontrol Pertamina yakni minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).

Berita Terkait