Sementara itu, harga elpiji per kg setelah disubsidi dari pemerintah adalah Rp 4.250 per kg.
Dengan kata lain, pemerintah memberikan subsidi senilai Rp 15.448 per kg atau Rp 46.344 per tabungnya.
Itu belum menghitung ongkos transportasi.
Dengan rantai pasok distribusi hingga ke masyarakat, menurut Darmawan, maka harga elpiji 3 kg setelah disubsidi pemerintah mencapai Rp 5.250 per kg.
Sementara itu, harga keekonomian listrik untuk kompor induksi yakni Rp 11.792 per kg listrik ekivalen dengan sekitar 7,18 Kwh.
Dalam uji penelitian yang sudah dilakukan, PLN melepas biaya listrik untuk memasak ekuivalen Rp 4.550 yang dibayar masyarakat.
Artinya, per kalori memasak dibandingkan dengan elpiji akan lebih murah Rp 700.
Selisih Rp 700 itu didapatkan dari selisih apabila masyarakat menggunakan elpiji subsidi senilai Rp 5.250 per kg dengan kompor listrik yang menghabiskan Rp 4.550.
Namun, Darmawan tak menjelaskan apakah tarif listrik yang digunakan untuk hitungan kompor listrik tersebut juga menggunakan tarif listrik subsidi sebagaimana pada elpiji.
Sementara itu, saat ditemui di kantor pusat PLN pada 21 September 2022, Darmawan Prasodjo menyebut dalam program konversi kompor elpiji ke kompor listrik, masyarakat bisa hemat hingga Rp 8.000 per kilogram elpiji.
“Jadi dari per kilogram gas elpiji yang dikonversi ke kompor listrik, terdapat penghematan biaya sekitar Rp 8.000 per kilogram gas elpiji,” kata Darmawan.
Dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, VP Hubungan Masyarakat PLN Greg Adi mengaku belum bisa berkomentar soal program konversi kompor listrik.
Saat ditanya lebih lanjut soal hitungan apakah konsumsi listrik kompor listrik lebih murah dibandingkan dengan kompor elpiji.