Kebun Energi, Sawit Rakyat dan Biodiesel 

Senin, 10 April 2023 07:16 kelapa sawit harga sawit Riau ekspor kelapa sawit Riau kelapa sawit Riau
Kebun Energi, Sawit Rakyat dan Biodiesel 
Kebun Energi, Sawit Rakyat dan Biodiesel 

ILUSTRASI kebun sawit (yifa yulinnas)

YUKBIZ.COM--Peneliti Staff Balai Teknologi Bahan Bakar Dan Rekayasa Desain BPPT, Agus Kismanto, mengungkapkan pemanfaatan biodiesel sawit secara umum bisa dikelompokkan menjadi dua.

Kelompok pertama, adalah biodiesel berbasis FAME, yang saat ini telah berjalan yang kerap populer disebut B30.

Tujuan dari program tersebut diharapkan akan mampu menjaga kestabilan harga CPO. Lantas, memanfaatkan Perkebunan kelapa sawit yang ada. Produk akhir berbentuk Biodiesel, bahan pencampur Solar.

Catat Agus, dari model ini ternyata memiliki kelemahan, misalnya jumlah maksimal pasokan hanya mencapai sekitar 10 juta ton. 

Kemudian muncul kendala bila pencampuran lebih tinggi dari 30% (B30) dari sisi produsen otomotif. 

“Terkendala besarnya terkait besaran insentif jika selisih harga CPO dan minyak bumi semakin besar,” katanya dalam webinar yang diadakan BPPT, bertema “Kebun Energi Berbasis Sawit,” yang dihadiri InfoSAWIT, akhir tahun 2020 lalu.

Kelompok kedua, yakni pengembangan green diesel. 

Tujuan utama pengembangan energy ramah lingkungan berbasis sawit jenis ini diantaranya, guna mengurangi Impor Bahan Bakar Minyak (BBM) secara massif, memanfaatkan Dedicated Perkebunan Energi. Lantas, hasilnya bisa berupa Green Diesel, Green Gasoline, Green LPG, Green, avtur, dsb.

“Tidak ada kendala jumlah, tergantung luasan Perkebunan Energi, tidak ada kendala dari produsen otomotif, sifat fisika dan kimia sama dengan BBM konvensional, tidak perlu insentif, berasal dari perkebunan milik negara yang bertujuan menyediakan BBM untuk rakyatnya,” tutur Agus.

Namun demikan kelompok ini pun memiliki kelemahan juga, di antaranya, perkebunan energi skala masif belum tersedia, dan teknologi yang digunakan lebih tinggi dan cost production lebih mahal daripada biodiesel. Oleh karena itu kata Agus, dibutuhkan pemikiran guna mengembangkan kebun energi berbasis perkebunan rakyat.

Sebelumnya, kata Agus Kismanto, program mandatori B20 telah berjalan baik pada periode 2019 lalu, namun sayangnya kisah sukses B20 tersebut tidak dirasakan langsung oleh para pekebun sawit rakyat. 

Itu lantaran harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit masih tetap saja berfluktuasi.

Berita Terkait