Jelajah kuliner Indonesia: RAWON, Sup-nya Nusantara

Sabtu, 06 Juni 2020 04:48 rawon sup-nya nusantara rawon nusantara R Hendro Rpu jelajah kuliner nusantara kuliner Indonesia
Jelajah kuliner Indonesia: RAWON, Sup-nya Nusantara
Jelajah kuliner Indonesia: RAWON, Sup-nya Nusantara

Foto ilustrasi rawon/selerarasa.com

Indonesia saat ini, adalah salahsatu 'kantung' dimana banyak kuliner keluarga sup berada. Secara umum 'keluarga sup' di Indonesia saat ini dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat), yakni; keluarga soto, keluarga kari, keluarga sop, dan keluarga kuah tradisional. Keempatnya punya kisah dan karakteristik sendiri-sendiri.
Tulisan dan Ulasan: R Hendro Rpu

YUKBIZ.COM - Secara umum, masakan berkuah kaldu sekarang diklasifikasikan dalam keluarga sup.

Sup, dari bahasa Perancis 'soupe', yang artinya kaldu. Yang berakar dari bahasa Latin 'suppa', secara harafiah berarti merendam sesuatu, bisa semacam roti, dalam cairan kaldu (wikipedia).

Sup sudah dikenal manusia ribuan tahun sebelum masehi, setelah mereka mengembangkan teknik memasak dari dipanggang langsung di atas api, kemudian menemukan wadah tahan air, dari tembikar, yang dapat digunakan untuk merebus air yang direndam bongkah daging. Demikianlah sup bermula.

Pada perkembangannya, kaldu yang dimaksud secara spesifik menunjuk pada kaldu daging, unggas atau ikan. Sedangkan untuk isiannya bisa bermacam-macam tergantung geografi dan wilayah.

BACA JUGA:

* Nadhira Nuraini Afifa, Mahasiswa Asal Indonesia Yang Berpidato Saat Wisuda Harvard. Apa Yang Disampaikannya?

* Jelajah Kuliner Indonesia: GEBLEK, 'saudara' Cireng, Yang Menanti Inovasi Kita

Kenyataannya kemudian memang penemuan tembikar yang bisa untuk merebus, melahirkan jenis sup di berbagai wilayah di belahan dunia.

Indonesia saat ini, adalah salahsatu 'kantung' dimana banyak kuliner keluarga sup berada.

Secara umum 'keluarga sup' di Indonesia saat ini dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat), yakni; keluarga soto, keluarga kari, keluarga sop, dan keluarga kuah tradisional. Keempatnya mempunyai kisah dan karakteristik sendiri-sendiri.

Pertama, Keluarga Soto.
Saat ini banyak sekali ragam soto di Indonesia yang menjadi ciri khas banyak daerah. Sebutlah soto Banjar, Lamongan, Madura, Makassar, Medan, Boyolali, dst.

Perihal sejarah soto, mengutip dari tirto.id, berdasar penelitian Ary Budiyanto & Intan Kusuma Wardhani bertajuk “Menyantap Soto Melacak Jao To Merekonstruksi (Ulang) Jejak Hibriditas Budaya Kuliner Cina dan Jawa" (2013) dari Institute for Research and Community Service Petra Christian Univesity mengungkapkan bahwa soto adalah pengaruh kuliner Cina.

Dijelaskan, istilah “soto" merujuk dari salah satu jenis makanan Cina yang dalam dialek Hokkian disebut cau do, jao to, atau chau tu, yang artinya jeroan dengan rempah-rempah.

Di Indonesia, soto pertamakali dikenal di pesisir pantai utara Jawa pada abad ke-19 Masehi, yakni masakan berkuah dengan potongan daging ataupun jeroan.

Dalam perkembangannya, soto makin banyak variannya dan makin diperkaya dengan berbagai bumbu lokal yang menjadi ciri khas daerah masing-masing.

Jejak pengaruh Tionghoa dalam soto adalah penggunaan 'bihun' (mie beras), yang dalam berbagai varian soto masih dipakai sebagai pelengkap.

Kedua, Keluarga Kari.
Masuk dalam kelompok ini antara lain gulai, gule, kari, kare, opor, dst.
Ditandai dengan penggunaan bumbu rempah yang kuat.

Bahkan seringkali mengalahkan citarasa kaldu itu sendiri, terlebih dengan penambahan santan.

BACA JUGA:

* Penderita Diabetes dan Hipertensi Diingatkan Untuk Lebih Hati-hati Terhadap Covid-19

* Kue SARANG SEMUT 'ROUNDERS', Yang Hadir Buat Surabaya. Inikah kue oleh-oleh khas Surabaya?

Pada kelompok ini banyak dipengaruhi bumbu-bumbu dari India dan Timur Tengah.

Kelompok ini sebenarnya bisa juga diklasifikasikan secara terpisah dari keluarga sup, karena citarasa yang sudah relatif berbeda, meskipun tetap menggunakan unsur daging beserta kaldunya.

Ketiga, Keluarga Sop.
Pada kelompok ini ada sop buntut, sop ikan, sop iga, sop brenebon, sayur sop, dst. Kelompok ini memberi penekanan kuat pada kaldu dan menggunakan bumbu yang tidak terlalu variatif dibandingkan kelompok soto atau kari.

Umumnya keluarga sop ini ditandai dengan penggunaan bumbu pala dan lada.
Keduanya semacam bumbu wajib untuk menu sop di kuliner Indonesia.

Keempat, Keluarga Kuah Tradisional.
Kelompok ini ditandai dengan penggunaan bumbu dan rempah-rempah asli Nusantara dalam mengolah sajian daging dan kaldunya.

Masuk kelompok ini diantaranya adalah aneka pindang, konro dan rawon.

Rawon adalah masakan asli Nusantara, yang bisa dikatakan 100 persen menggunakan bumbu asli Nusantara.

Hal utama yang ada pada Rawon dan tidak ditemukan pada 'keluarga sup' yang lain adalah penggunaan keluwek atau kepayang.

Keluwek atau kepayang adalah tanaman asli Nusantara dan Asia Tenggara secara umum.

Biji keluwek digunakan sebagai bumbu masakan di berbagai daerah, sementara daun pohon Keluwek dipakai sebagai sayur masakan di Minahasa.

Biji keluwek tidak saja memberi sensasi warna hitam pada masakan, tetapi juga citarasa sedap dan khas.

Sejarah Rawon dapat dirunut pada masa sekitar seribu tahun yang lalu.
Mengutip dari beritasatu.com, peneliti sejarah Fakultas Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran, Fadly Rahman mengungkapkan,

Berbagai makanan yang terdapat pada peninggalan sumber-sumber tulisan seperti prasasti dan naskah di Jawa Tengah dan Jawa Timur sejak abad ke-10, dimana salahsatunya adalah prasaati Taji dari 901 Masehi, menyebut berbagai nama makanan yang hingga kini masih eksis.

Nama makanan itu antara lain sambel, pecel, pindang, rarawwan (rawon), rurujak (rujak), kurupuk, juga dwadal (dodol).

Meskipun kini telah dikenal di seluruh Indonesia, bahkan juga di luar negeri dengan sebutan sebagai 'Black Soup', masakan Rawon berkembang dan berakar di daerah Jawa Timur.

Hampir di seluruh wilayah Jawa Timur dapat kita jumpai menu Rawon dengan berbagai kekhasan masing-masing.

Ada yang disajikan dengan keluwek relatif banyak sehingga hitam lebih pekat, ada yg lebih terang, ada yg menggunakan empal daging, dan umumnya disajikan dengan taburan bawang merah goreng, sambal dan kecambah pendek (kacang ijo).

Rawon cocok disantap di berbagai kesempatan, baik sarapan, makan siang atau makan malam. Juga pas disajikan di berbagai even acara; mulai dari hajatan, acara resmi sampai dengan kumpul-kumpul keluarga.

Rawon-rawon yang legendaris yang ada di berbagai wilayah Jawa Timur pun dengan mudah dapat anda telusuri melalui aplikasi hape anda.

Berikut, disajikan resep Rawon dari dapurumami.com :

BACA JUGA:

* Pelajar SMA Ini Rintis Usaha Kuliner di Sela Kesibukannya Belajar Dari Rumah. Menu Andalannya Token Spicy, Gerainya Dinamai Waroeng Teras

* Jangan Asal Starter Mobil. Ikuti Tips Praktis Ini Agar Mesin dan Aki Mobil Anda Awet

Bahan Bahan
- 600 gr Daging Sapi untuk rawon/ sandung lamur
- 2 ltr Air
- 2 lbr Daun Salam
- 3 btg Serai, memarkan
- 3 cm Lengkuas, memarkan
- 3 lbr Daun Jeruk
- 5 sdm Minyak untuk menumis

Bumbu halus:
- 5 siung Bawang Merah
- 3 siung Bawang Putih
- 4 bh Cabai Merah
- 2 btr Kemiri
- 1 sdt Ketumbar
- 3 bh Keluak Tua, kukus, ambil isinya
- 2 cm Jahe
- 3 cm Kunyit
- 1 sdt Terasi matang
- 2 sdt Garam
- 1 sdt AJI-NO-MOTO®/penyedap rasa
- 2 tangkai Daun Bawang, iris
- 100 gr Tauge pendek (tauge soto)
- 2 btr Telur Asin


Cara Memasak

Langkah 1
Masak daging bersama daun salam, serai, lengkuas, dan daun jeruk sampai empuk dan matang.

Langkah 2
Angkat daging, lalu potong kecil-kecil. Saring rebusan, didihkan lagi bersama irisan daging.

Langkah 3
Panaskan minyak, tumis bumbu halus bersama irisan daun bawang sampai harum dan matang

Langkah 4
Angkat, lalu masukkan ke dalam kaldu daging. Masak dengan api kecil sampai mendidih kembali

Langkah 5
Tuang rawon ke dalam mangkuk, taburkan tauge pendek di atasnya. Sajikan bersama telur asin dan sambal terasi.

Selamat meresapi kekhasannya. (*)

Jelajah kuliner Indonesia: RAWON, Sup-nya Nusantara

Berita Terkait