Green Avtur, Minyak Sawit Tahun 2001 Bisa Jadi Bahan Bakar Pesawat. Tofan Mahdi: Sawit Industri Masa Depan

Jum'at, 16 Agustus 2019 01:26 sawit green avtur sawit untuk avtur bio diesel green avtur Tofan Mahdi
Green Avtur, Minyak Sawit Tahun 2001 Bisa Jadi Bahan Bakar Pesawat. Tofan Mahdi: Sawit Industri Masa Depan
Green Avtur, Minyak Sawit Tahun 2001 Bisa Jadi Bahan Bakar Pesawat. Tofan Mahdi: Sawit Industri Masa Depan

Seperti kita ketahui, saat ini pemerintah telah membuat kesepakatan dengan pebisnis kelapa sawit dan pihak maskapai penerbangan untuk pengembangan avtur dari CPO.

Pendiri Lion Air Rusdi Kirana menyambut baik upaya pemerintah mengelola CPO menjadi avtur. "Menteri sudah bahas CPO bisa diubah jadi avtur sehingga merubah devisa dari negatif menjadi positif," ucapnya.

Tentang pengolahan CPO menjadi green avtur, Presiden Joko Widodo sebelumnya sudah memberikan pengarahannya. Presiden Joko Widodo meminta impor avtur bisa ditekan agar pada akhirnya mengurangi defisit neraca perdagangan. Dengan demikian diharapkan defisit neraca transaksi berjalan akan semakin baik..

Selain itu, Presiden juga meminta Pertamina untuk memanfaatan CPO melalui co-processing guna memproduksi green diesel maupun green gasoline di sejumlah kilang minyak PT Pertamina. 

Diharapkan pula perusahaan-perusahaan kelapa sawit dapat mendorong pemrosesan minyak sawit menjadi bahan bakar ramah lingkungan. Selanjutnya diharapkan penggunaan Biodiesel B20 pada Januari 2020 dapat berpindah ke B30. Lalu di akhir 2020 sudah meloncat lagi ke B50.

 

Industri Masa Depan

 

Di Padang , Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi mengatakan industri sawit adalah industri masa depan yang memberikan sumbangsih besar terhadap perekonomian nasional.

"Bicara neraca perdagangan, pada 2019 hingga 2020 Indonesia sudah sangat menggantungkan hidup pada industri sawit," kata Tofan Mahdi di Padang, Rabu (14/8/2019), dikutip dari tribunpadang.com.

Menurut catatan, pada 2017 sumbangsih devisa ekspor sawit mencapai Rp 318,78 triliun. Sementara di tahun 2018 lebih rendah dibanding 2017, yakni mencapai 21 miliar US Dollar atau sekitar Rp 287 triliun. Pada 2019 sumbangsih devisa ekspor sawit semakin menurun yakni 19 hingga 20 miliar US Dollar.

Lebih jauh Toan mengatakan, komoditas kelapa sawit menjadi produk perkebunan yang paling produktif dalam menghasilkan minyak nabati.

 

Berita Terkait