"Kalau dari pasir kuarsa diolah menjadi produk Solar Cell di dalam negeri, maka akan ada penambahan nilai tambah hingga 80 kali hingga 100 kali, tergantung efisiensi," ujarnya.
Jika industri hulu sudah dikembangkan, harga PLTS di dalam negeri bisa lebih kompetitif dibandingkan produk impor. Linus menjelaskan, saat ini harga produk yang dihasilkan anggota Apamsi masih 20%-30% lebih mahal dibandingkan PLTS yang diimpor langsung dari China.
Linus menjelaskan ada sejumlah faktor yang membuat industri PLTS di Indonesia tidak tumbuh.
"Dalam industri ini dikenal negative cycle di mana tiga hal ini tidak membantu industri tumbuh, bahkan membuat industri PLTS tidak tumbuh," ujarnya.
Linus memaparkan, kondisi kapasitas produksi PLTS yang rendah saat ini menyebabkan rantai pasok tidak efisien dan harga produk atau jasa turunan menjadi tinggi. Lantas, dengan harga PLTS yang tinggi menyebabkan permintaan pasar komersial rendah.
Alhasil minat investor dalam pengembangan PLTS rendah. Adapun ketidakpastian permintaan ini menyebabkan industri membatasi investasi dalam penambahan kapasitasnya. (Kontan)
BACA JUGA: Untuk Startup, Microsoft Dorong Transformasi Digital Nasional, Luncurkan Program Keren
BACA JUGA: Serunya Yamaha Fazzio di Jalan Kota Pekanbaru
BACA JUGA: Eps 2, Raja Sawit RI: Bachtiar Karim 'Raksasa' Minyak Goreng dari Medan
TONTON VIDEO MOTIVASI Gaet Rezeki Pakai Ilmu Kanthong Bolong, Ini Ilmunya Petruk