Analisis REI Harga Rumah Subsidi Bakal Naik, Bagaimana dengan Riau

Jum'at, 15 Juli 2022 07:10 Real Estate Indonesia rumah murah di Pekanbaru harga rumah di Pekanbaru harga rumah komersil di Pekanbaru harga rumah subsidi di Pekanbaru harga rumah subsidi di Riau harga rumah komersil di Riau harga rumah di Riau
Analisis REI Harga Rumah Subsidi Bakal Naik, Bagaimana dengan Riau
Analisis REI Harga Rumah Subsidi Bakal Naik, Bagaimana dengan Riau

ILUSTRASI perumahan (bisniscom arief hermawan p)

YUKBIZ.COM - Benarkah harga rumah subsidi bakal naik? Berikut analisis menarik dari Real Estate Indonesia (REI).

Berapa harga rumah subsidi di Riau dan provinsi lain di Indonesia menjadi pertanyaan menarik.

Saat ini, Real Estate Indonesia (REI) mengharapkan dukungan pemerintah di tengah kenaikan harga bahan baku material bangunan. 

Salah satunya dengan melakukan review untuk penyesuaian harga rumah subsidi.

Direktur Jenderal Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Iwan Suprijanto mengatakan, perhitungan kenaikan harga rumah subsidi sudah dilakukan, dan sudah disampaikan kepada Kementerian Keuangan karena harga rumah subsidi nantinya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Meski begitu, Ia tidak menerangkan perhitungan tersebut.

“Akan tetapi, karena terkait dengan UU nomor 7 tahun 2022 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan, dan turunan aturan yang terkait dengan produk yang akan mendapat subsidi belum terbit, berakibat kepada belum keluarnya PMK terkait kenaikan harga rumah subsidi,” kata Iwan kepada Kontan.co.id, Kamis (14/7).

Sebelumnya, Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Totok Lusida mengatakan, saat ini pihak pengembang rumah tengah dihadapkan pada kenaikan harga-harga bahan bangunan.

Untuk harga besi misalnya, Totok mencatat bahwa harga material tersebut sudah naik ke level sekitar Rp 13.000 per kilogram. 

Sebelumnya, harga bahan material tersebut masih berada di sekitar angka Rp 6.800 per kilogram pada Desember 2021.

Di sisi lain, porsi kontribusi bahan bangunan/material juga tidak sedikit dalam biaya produksi properti, yakni berkisar 40% menurut catatan Totok.

Masalahnya opsi untuk menaikkan harga juga bukanlah pilihan yang mudah di tengah permintaan pasar yang juga terbatas di segmen menengah atas.

Walhasil, para pengembang properti di segmen menengah atas hanya berani menaikkan harga tipis-tipis, yakni sekitar 3%-5%. Ikhtiar sisanya dilakukan dengan cara menghemat pengeluaran di berbagai pos beban seperti biaya pemasaran dan lain-lain untuk mengimbangi kenaikan harga bahan bangunan.

Berita Terkait